Selain itu, peristiwa ini terjadi hanya sehari setelah Presiden China Xi Jinping mengirim perwakilan khususnya ke Jakarta untuk menghadiri upacara pelantikan presiden Prabowo Subianto.
"Atas undangan pemerintah Indonesia, Wakil Presiden China Han Zheng, sebagai perwakilan khusus Presiden Xi Jinping, menghadiri pelantikan Presiden baru Indonesia, Prabowo Subianto, pada hari Minggu," lapor Xinhua.
Pada 21 Oktober, Kementerian Luar Negeri China terlihat memuji hubungan Beijing dengan Jakarta. Juru bicaranya Lin Jian mengatakan bahwa “China sangat mementingkan hubungan persahabatan yang terus berkembang dengan Indonesia.”
Bahkan Wakil Presiden China Han Zheng, selama kunjungannya ke Jakarta, mengeluarkan pernyataan yang selalu ditandai dengan hal positif. Han, menurut Xinhua, menegaskan kesediaan Beijing untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam “menjaga perdamaian dan stabilitas regional sambil mempromosikan pembangunan dan kemakmuran dunia.”
Indonesia dan China juga menikmati kemitraan ekonomi dan strategis yang kuat. Pada 2023, perdagangan bilateral kedua negara mencapai USD127,12 miliar, dengan lebih dari 1.000 perusahaan China beroperasi di Indonesia, di bidang manufaktur, pertanian, tenaga air, mineral, dan sektor lainnya. Sebagai mitra Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI) China, Indonesia menganut kebijakan Satu Tiongkok dan memastikan bahwa kepentingan inti Beijing tidak dirugikan.
Meski Indonesia memiliki komitmen yang kuat, China tidak butuh waktu lama untuk menghancurkan niat baik dan kepercayaan Jakarta. Hal itu terlihat jelas ketika China berulang kali mengirimkan kapalnya ke Laut Natuna Utara untuk mencegah negara terbesar di Asia Tenggara itu melakukan survei potensi energi di zona ekonomi eksklusifnya di Laut tersebut.