JAKARTA - Pesisir Pulau Jawa berpotensi tenggelam akibat adanya peningkatan abrasi dalam beberapa tahun belakangan ini. Merujuk data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2015, sedikitnya 400 kilometer garis pantai di Indonesia hilang dampak dari abrasi atau penyusutan pantai yang disebabkan gelombang laut.
Dari total pantai sepanjang 745 kilometer di Pulau Jawa, menghilang 44 persen. Termasuk yang terjadi di pesisir Tangerang, seluas 579 hektare (ha) lahan raib selama periode 1995-2015. Hal ini tentu membuat khawatir warga yang tinggal di wilayah pesisir pulau Jawa.
Pemerintah sedang mengupayakan pencegahan agar wilayah pesisir tidak tenggelam. Salah satunya dengan proyek pembangunan Giant Sea Wall (GSW). Pengamat ekonomi politik, Mohammad Zulfikar Dachlan mendukung dan meminta agar pemerintah segera meralisasikan pembangunan proyek tersebut.
"Saat ini kita dengar banjir rob tak hanya di pesisir Banten dan Jakarta. Pesisir Jawa Tengah mulai sering terdengar. Khususnya Semarang, atau Indramayu juga. Nah, sudah benar program Pak Prabowo yang mencanangkan proyek GSW itu," ujar Zulfikar kepada wartawan dikutip, Rabu (12/2/2025).
Zulfikar meyakini kepala daerah di kawasan pesisir sepakat dengan proyek Giant Sea Wall, termasuk Pemprov Jakarta. Apalagi, Gubernur Jakarta terpilih, Pramono Anung punya visi yang sama dengan Presiden Prabowo.
"Ingat, Jakarta menghadapi dua masalah besar. Penurunan ketinggian tanah dan banjir rob. Kalau dibiarkan, lama-lama Jakarta bisa tenggelam," ungkapnya.
Terkait besarnya biaya pembangunan GSW, menurut Zulfikar, bisa dipecahkan dengan banyak cara. Bisa dengan mengundang investor atau mencari pinjaman berbunga rendah. Asalkan, kata dia, proses penganggaran dan pembangunannya transparan.
"Kalau pinjaman digunakan untuk kepentingan rakyat, saya kira enggak masalah. Yang penting proses pembangunannya transparan, dan minim kebocoran," ungkapnya.
Jika proyek GSW berjalan, menurut Zulfikar, justru membawa berkah bagi perekonomian nasional. Karena, proyek raksasa ini akan menyerap pekerja dalam jumlah besar. Membuat perekonomian semakin menggeliat.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Jakarta asal Partai NasDem, Wibi Andrino mendukung gagasan pembangunan GSW dari Presiden Prabowo. Pun demikian Giant Mangrove Wall. Menurutnya, Giant Mangrove Wall bertujuan baik, yakni melindungi wilayah pesisir dari abrasi serta meningkatkan ekosistem mangrove.
Sama baiknya dengan program Giant Sea Wall yang dicanangkan Presiden Prabowo, yakni melindungi warga pesisir dari abrasi dan banjir rob, serta meningkatkan infrastruktur pesisir.
"Untuk sesuatu yang baik, tentu kita dukung. Dari perspektif kami di DPRD Jakarta, rencana ini umumnya dinilai berdasarkan dampaknya terhadap lingkungan, efektivitas biaya, dan manfaat jangka panjang bagi masyarakat," kata dia.
Saat aksi tanam mangrove di kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk, Jakarta Utara, Rabu (5/2/2025), Gubernur Jakarta terpilih, Pramono Anung mengungkap janji akan membangun Giant Mangrove Wall di pesisir Jakarta.
Konsepnya tak beda dengan Giant Sea Wall hanya beda wahana saja. Jika GSW menggunakan bangunan kokok, sedangkan Giant Mangrove Wall berupa penanaman mangrove sebagai penghalang banjir rob serta abrasi.
“Saya serius untuk mengembangkan Giant Sea Wall, tetapi di atasnya ada mangrove. Maka saya menyebutnya menjadi Giant Mangrove Wall,” ujar Mas Pram, sapaan akrab Pramono di Jakarta Utara, Rabu (5/2/2025).
Pramono menjelaskan, pemerintah pusat bersama Pemprov Jakarta bakal berkolaborasi dalam membangun GSW seluas 11,2 kilometer. Nantinya, tanggul laut raksasa itu akan dikembangkan menjadi Giant Mangrove Wall.
Dalam 30 tahun terakhir, kata Pramono, lebih dari 50 persen hutan mangrove menghilang, termasuk di Jakarta. Upaya penanaman mangrove ini menjadi penting terus dilakukan secara rutin, agar memberi dampak positif bagi Jakarta. “Mau tidak mau, suka tidak suka, kita yang membutuhkan mangrove,” kata Pramono.
(Awaludin)