Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan pada Januari bahwa Rusia mengupayakan perdamaian jangka panjang yang didasarkan pada rasa hormat dan kepentingan yang sah dari semua orang yang tinggal di wilayah tersebut. Dia juga menolak konsesi teritorial dan mengatakan Ukraina harus menarik diri sepenuhnya dari empat wilayah Ukraina yang diklaim dan sebagian dikuasai oleh Rusia.
Selain tentang gencatan senjata, kedua belah pihak yang bertemu di Arab Saudi, juga sepakat untuk segera menyelesaikan perjanjian komprehensif untuk mengembangkan sumber daya mineral penting Ukraina, kata pernyataan tersebut.
Pada Selasa, Kementerian Luar Negeri Rusia hanya mengatakan bahwa pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk melakukan kontak dengan perwakilan AS.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang berada di Arab Saudi tetapi tidak berpartisipasi dalam perundingan tersebut, mengatakan gencatan senjata tersebut merupakan "proposal positif," yang mencakup garis depan dalam konflik tersebut, bukan hanya pertempuran melalui udara dan laut.
Saat diplomasi berlangsung, posisi medan perang Ukraina berada di bawah tekanan berat, khususnya di wilayah Kursk Rusia, di mana pasukan Moskow telah meluncurkan serangan untuk mengusir pasukan Kyiv, yang telah mencoba mempertahankan sepetak tanah sebagai alat tawar-menawar.
Ukraina semalam meluncurkan serangan pesawat nirawak terbesarnya di Moskow dan wilayah sekitarnya, menunjukkan Kyiv juga dapat mendaratkan pukulan besar setelah serangkaian serangan rudal dan pesawat nirawak Rusia, salah satunya menewaskan 14 orang pada Sabtu, (8/3/2025).
Serangan itu, di mana 337 pesawat nirawak jatuh di atas Rusia, menewaskan setidaknya tiga karyawan gudang daging dan menyebabkan penutupan singkat di empat bandara Moskow.
(Rahman Asmardika)