ISTANBUL - Perundingan antara Rusia dan Ukraina untuk gencatan senjata gagal menemui kata sepakat. Ukraina menganggap persyaratan yang diajukan Rusia tidak memungkinkan. Ukraina pun menggalang dukungan dari sekutu Barat.
Di bawah tekanan dari Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri konflik paling berdarah di Eropa sejak Perang Dunia Kedua, delegasi Rusia dan Ukraina bertemu untuk pertama kalinya sejak Maret 2022.
Perundingan di istana Istanbul berlangsung kurang dari dua jam. Rusia menyatakan puas dengan pertemuan tersebut dan mengatakan siap melanjutkan kontak. Kedua negara telah sepakat untuk segera menukar 1.000 tawanan perang.
Namun, Kyiv, ingin Barat memberlakukan sanksi yang lebih ketat terhadap Moskow. Ini kecuali Presiden Vladimir Putin menerima usulan dari Trump untuk gencatan senjata selama 30 hari.
Begitu pembicaraan berakhir, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan pada X bahwa ia telah berbicara melalui telepon dengan Trump dan para pemimpin Prancis, Jerman, dan Polandia.
"Ukraina siap mengambil langkah secepat mungkin untuk mewujudkan perdamaian sejati, dan penting bagi dunia untuk bersikap tegas," kata Zelenskiy.
Ia menyerukan "sanksi yang keras" jika Rusia menolak gencatan senjata penuh dan tanpa syarat.
Rusia telah mengatakan, perlu menetapkan persyaratan gencatan senjata sebelum menandatanganinya.
"Kami telah sepakat masing-masing pihak akan menyampaikan visinya tentang kemungkinan gencatan senjata di masa mendatang dan menguraikannya secara terperinci," kata kepala negosiator Rusia, Vladimir Medinsky, kepada wartawan setelah pertemuan tersebut, melansir Reuters, Sabtu (17/5/2025).
"Setelah visi tersebut dipaparkan, kami yakin akan tepat, sebagaimana juga disepakati, untuk melanjutkan negosiasi kami."
Pada pertemuan yang diselenggarakan Turki, tim perunding duduk berhadapan di meja berbentuk U, dengan pihak Rusia mengenakan jas sementara separuh pihak Ukraina mengenakan seragam militer.
Suasananya tenang, kata seorang pejabat Turki. Tidak ada jadwal atau lokasi konkret yang disepakati untuk pembicaraan berikutnya, kata pejabat itu. Kedua belah pihak perlu memberi pengarahan kepada pemimpin mereka terlebih dahulu.
Pihak Ukraina berbicara dalam bahasa mereka sendiri melalui seorang penerjemah, kata seorang sumber Ukraina, meskipun bahasa Rusia digunakan secara luas di Ukraina.
Seorang sumber Ukraina dan Eropa mengatakan Rusia menolak permintaan Ukraina agar perwakilan AS hadir di ruangan itu.
Dua sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan Medinsky mengatakan Rusia siap untuk terus bertempur selama diperlukan, yang mirip dengan perang Tsar Peter yang Agung melawan Swedia, yang berlangsung selama 21 tahun pada awal tahun 1700-an.
"Kami tidak menginginkan perang, tetapi kami siap bertempur selama setahun, dua, tiga tahun — selama yang Anda inginkan," salah satu sumber mengutip ucapannya.
(Erha Aprili Ramadhoni)