Bangunan ini dirancang menggunakan matras geosintetik ukuran 4 x 50 meter, diisi pasir, lalu dijahit hingga menyerupai bantal besar seberat sekitar 50 ton.
Di kedua sisinya akan ditancapkan cerucuk batang kelapa agar lebih kokoh. Solusi sederhana ini diharapkan mampu mengembalikan aliran air ke wilayah pertanian yang sangat membutuhkan.
“Ini solusi sementara agar air bisa mengalir kembali ke D.I Perkotaan dan Simodong. Kita kejar pola tanam petani yang sudah mulai, jangan sampai musim ini gagal lagi,” kata Alpon yang merupakan lulusan Teknik Sipil dari Universitas Kristen Maranatha, Bandung, Jawa Barat.
Alumnus SMAN 1 Air Putih, Batu Bara ini juga menyampaikan harapannya agar semua pihak, baik pemerintah daerah, provinsi, maupun pusat bisa bersinergi dalam mencari solusi jangka panjang atas permasalahan ini. Keberlangsungan sektor pertanian perlu menjadi prioritas bersama.
“Kami tidak akan tinggal diam. Suara petani harus didengar, karena dari tangan mereka pangan kita terjaga,” pungkasnya.
(Fahmi Firdaus )