China dan Kamboja Gelar Latihan Militer Golden Dragon, Picu Kekhawatiran AS

Rahman Asmardika, Jurnalis
Rabu 11 Juni 2025 12:26 WIB
China dan Kamboja menggelar latihan militer gabungan Golden Dragon.
Share :

Selain itu, Kamboja diperkirakan akan menerima dua kapal perang dari China, yang akan semakin memperkuat kerja sama pertahanannya dengan Beijing.

Latihan Golden Dragon, yang pertama kali dilakukan pada 2016, menandai perubahan signifikan dalam aliansi militer Kamboja. Pada 2017, negara tersebut menghentikan latihan militer gabungannya dengan AS, yang dikenal sebagai Angkor Sentinel, yang telah diadakan selama tujuh tahun berturut-turut. Waktu pelaksanaan latihan ini sejalan dengan kunjungan Presiden China Xi Jinping baru-baru ini ke Kamboja pada April, sebuah upaya yang bertujuan untuk memperkuat hubungan diplomatik dan militer antara kedua negara.

Pengaruh China dan Netralitas Kamboja

Pengaruh China yang semakin besar telah menyebabkan beberapa pakar strategis menilai kembali komitmen Kamboja terhadap hukum internasional dan multilateralisme, yang pernah dianggap sebagai inti dari kebijakan luar negerinya yang independen dan berbasis aturan.

Analis sebelumnya mengagumi sikap netral Kamboja sebagai ketua ASEAN pada 2022, khususnya dalam menavigasi tantangan internal blok tersebut selama tahun yang sulit. Selain itu, sejak Februari 2022, Kamboja telah mendukung resolusi Majelis Umum PBB yang menentang pelanggaran kedaulatan negara dan agresi militer. Meskipun China mendukung Rusia, Kamboja mengambil posisi penting dengan menolak perang di Ukraina, meskipun memiliki hubungan historis dengan Rusia.

Namun, kemampuan Kamboja untuk melawan pengaruh China semakin dibatasi oleh realitas geopolitik dan ekonomi. Kamboja tetap berpihak pada Beijing, mendukung kebijakan "Satu China" dan memainkan peran aktif dalam Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI) China. Khususnya, Kamboja telah menghambat upaya ASEAN untuk melawan klaim teritorial China di Laut Cina Selatan, yang semakin menggarisbawahi keselarasan strategisnya dengan Beijing. Tren ini menunjukkan kebijakan luar negeri Kamboja bergeser ke arah penguatan yang lebih dalam dalam kerangka geopolitik China.

Pengaruh ekonomi dan geopolitik China paling terasa di Kamboja, di mana ia berdiri sebagai investor asing terbesar. Miliaran dolar telah mengalir ke infrastruktur, membentuk jalan, jembatan, pelabuhan, dan lanskap real estat Kamboja. Namun, investasi-investasi ini sering kali disertai dengan persyaratan yang memperdalam ketergantungan Kamboja pada Beijing.

Sebagian besar utang luar negeri Kamboja, lebih dari 35%, berasal dari China, yang membatasi otonomi keuangannya dan memberi Beijing pengaruh atas keputusan-keputusan penting. Ketergantungan ini telah meluas melampaui ekonomi ke ranah politik, dengan Kamboja secara konsisten menyelaraskan dirinya dengan agenda kebijakan luar negeri China. Keterikatan yang semakin meningkat menggarisbawahi bagaimana pengaruh ekonomi diterjemahkan menjadi kendali strategis, yang memperkuat peran dominan China di kawasan tersebut. Posisi Kamboja mengungkap pergeseran geopolitik yang lebih luas yang terjadi di seluruh Asia Tenggara.

 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya