JAKARTA - Sebanyak 200 jet tempur Israel melakukan serangan mematikan terhadap Iran pada hari Jumat (13/6/2025) dini hari. Serangan dengan sandi operasi "Rising Lion" ini menargetkan fasilitas nuklir, markas militer, dan kawasan permukiman di Teheran.
Serangan negara zionis tersebut menimbulkan banyak korban jiwa. Bahkan, enam ilmuwan nuklir Iran tewas dalam serangan udara tersebut.
Bagaimana bisa serangan jet tempur Israel tersebut tidak diantisipasi sistem pertahanan udara Iran? Stasiun TV pemerintah Iran melaporkan pertahanan udara Iran diaktifkan pada Jumat pagi dengan kapasitas penuh usai serangan udara Israel.
"Pertahanan udara Iran menyatakan kapasitas operasionalnya 100 persen," demikian isi laporan itu, seperti dikutip AFP.
Lantas, bagaimana Indonesia bisa mengantisipasi serangan udara dari militer asing?
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Mohamad Tonny Harjono mengatakan, TNI AU memperkuat pertahanan udara untuk menghadapi ancaman baik dari dalam maupun luar negeri, yang semakin kompleks.
"Ada beberapa hal yang saya catat bahwa Perisai Trisula Nusantara ketemu dengan postur pertahanan tangguh guna menghadapi berbagai macam ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri," kata Tonny, di Mabes TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin, 30 Desember 2024.
Perisai Trisula Nusantara ini mengandung tiga pilar kekuatan utama, yaitu Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara yang bekerja sama layaknya seperti Trisula.
"Trisula untuk memperkuat postur pertahanan udara Indonesia sehingga mampu menghadapi ancaman ke depan yang semakin kompleks," ujar Tonny.
Ada tiga hal yang bisa ditindaklanjuti terkait dengan Trisula Nusantara. Yakni, modernisasi Alutsista sesuai dengan kebutuhan TNI.