JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto memberikan peringatan akan meninggalkan menteri yang kerjanya lambat. Pernyataan tersebut menimbulkan spekulasi kemungkinan reshuffle kabinet.
Menurut politisi Partai Gerindra, Hendarsam Marantoko, pernyataan Prabowo tidak bisa dimaknai secara harfiah atau dibandingkan dengan gaya pemerintahan sebelumnya.
“Bahwa melihat apa, di beberapa kali statement yang disampaikan oleh Pak Prabowo kita harus memaknai ini tidak juga bisa letterlijk dan juga tidak bisa kita melihat daripada style pemerintahan sebelumnya,” ujar Hendarsam dalam dialog INTERUPSI dengan tema Prabowo Reshuffle Kabinet? Menteri Lambat Ditinggalkan, di iNews, Kamis (3/7/2025).
“Jadi memang reshuffle itu ya dari rezim-rezim pemerintahan sebelumnya itu kan merupakan suatu keniscayaan, memang akan selalu terjadi reshuffle. Nah tapi saya melihatnya dari konteks ini bahwa beberapa statement-statement beliau itu yang beliau sampaikan itu ada merupakan sesuatu hal yang sifatnya pembinaan sebenarnya,” paparnya.
Prabowo, menurutnya, merupakan pemimpin dengan tipe pekerja. Sehingga, para jajaran menterinya harus bisa beradaptasi dengan cepat.
“Kalau teman-teman kita yang di kabinet terutama yang dari dari satu partai-partai ini sudah tahu, sudah tahu beliau kerja 24 jam tidak ada hari libur ya mungkin itu di awal ya, di pemerintahan pertama, sedikit kaget dengan itu. Tapi beliau sampaikan itu ya, style beliau, disampaikan ke publik bahwa kalau tidak ini ya tolong diperbaiki komunikasi, tolong diperbaiki,” katanya.
Hendarsam menegaskan, peringatan tersebut bukan ancaman, melainkan bentuk komunikasi dan pembinaan ala Prabowo. “Jadi itu merupakan suatu bentuk apa namanya itu teguran, suatu bentuk apa namanya itu dalam dalam ruang lingkup pembinaan bagaimana kalau kita analogikan bagaimana seorang guru kepada murid dengan seperti itu jadi itu sebenarnya yang ingin beliau lakukan,” paparnya.
(Arief Setyadi )