Fadli Zon Suarakan Pentingnya Keadilan dan Dialog Antarperadaban di Forum Peradaban Dunia

Anindita Trinoviana, Jurnalis
Jum'at 11 Juli 2025 16:03 WIB
Menbud Fadli Zon sampaikan pidato kunci pada pertemuan Global Civilizations Dialogue Meeting di Tiongkok. (Foto: dok Kemenbud)
Share :

BEIJING – Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan pidato kunci pada Forum bertajuk "Inter-Civilisation Exchanges and Mutual Learning: Global Development and Prosperity" pada pertemuan Global Civilizations Dialogue Meeting. 

Kegiatan tersebut merupakan inisiatif Presiden Xi Jin Ping melalui Global Civilisation Initiative (GCI), sebagai sebuah platform global memperkuat kolaborasi dalam membangun dunia yang inklusif dan sejahtera.

Pada kesempatan itu, Fadli Zon menyerukan pentingnya memelihara keberagaman peradaban manusia untuk perdamaian dan pembangunan dunia yang berkelanjutan.

Pertemuan ini mengangkat tema besar “Safeguarding the Diversity of Human Civilizations for World Peace and Development”, dan dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dunia, terutama dari Global South, termasuk para menteri dari berbagai negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Dalam pidatonya, Menbud Fadli Zon menyampaikan apresiasi mendalam kepada Pemerintah Tiongkok atas prakarsa penyelenggaraan dialog global antarperadaban, dan menegaskan bahwa Indonesia mendukung penuh Global Civilization Initiative (GCI).

“Dialog antarperadaban adalah upaya sangat penting untuk menjembatani perbedaan serta membangun kepercayaan antarbangsa,” ujar Menteri Fadli Zon.

"Melalui pertukaran pengetahuan dan pembelajaran lintas budaya, kita dapat mendorong terwujudnya perdamaian, kemajuan, dan kemakmuran bersama," ucapnya.

Fadli juga menyoroti hasil kunjungan kenegaraan Presiden RI Prabowo Subianto ke Tiongkok pada November 2024 yang mempertegas hubungan strategis dan kerja sama budaya yang semakin erat antara kedua negara.

Dalam kesempatan ini, Fadli Zon memperkenalkan Indonesia sebagai negara dengan keberagaman budaya yang luar biasa dengan lebih dari 1.340 kelompok etnis, 718 bahasa daerah, serta lebih dari 2.213 warisan budaya takbenda (WBTB) yang telah terdata secara nasional dan lebih dari 50,000 WBTB potensial.

Selanjutnya, ia menggarisbawahi posisi penting Indonesia dalam sejarah manusia dengan penemuan Homo erectus dan Homo floresiensis di situs-situs arkeologi seperti Sangiran, Trinil, Ngandong, dan lukisan purba di Leang-Leang di Maros, Sulawesi Selatan.

"Selama berabad-abad, Nusantara telah menjadi “melting pot” beragam budaya dari berbagai bangsa dan peradaban tua yang berpadu secara dinamis, menghasilkan ragam ekspresi budaya, mencerminkan kekayaan sejarah dan keberagaman warisan budaya," kata Fadli.

Ia menambahkan, Indonesia adalah contoh nyata, bahwa perbedaan bukanlah persoalan. Perbedaan suku, agama, budaya, dan tradisi merupakan kekuatan dan fondasi utama jati diri bangsa. Keberagaman Indonesia sebagai bangsa majemuk namun tetap bersatu dalam satu naungan rumah. Bhinneka Tunggal Ika, yang berikrar berbangsa satu, bangsa Indonesia dan berbahasa satu, bahasa Indonesia, memegang peranan penting dalam narasi tentang upaya mewujudkan perdamaian.

"Hal ini menjadi dasar dalam upaya pemajuan kebudayaan, menekankan pada pemahaman dan pengakuan terhadap keberagaman multietnik dan budaya di Indonesia, melahirkan sikap toleransi dan kerukunan," tuturnya.

Menteri Kebudayaan turut menyoroti bencana kemanusiaan di Gaza sebagai contoh nyata dari genosida peradaban yang terjadi saat ini dan penghapusan memori sejarah umat manusia.

“Kehancuran Gaza bukan hanya tragedi geopolitik, tapi juga bencana budaya dan kemanusiaan. Negara dunia harus bersatu dalam memperjuangkan keadilan dan menegakkan hukum internasional, serta menolak segala praktek standar ganda dalam perjuangan kemerdekaan Palestina,” ujarnya.

Pemerintah Indonesia, lanjutnya, tetap konsisten mendukung hak-hak rakyat Palestina untuk merdeka dan berdaulat.

Fadli Zon menegaskan, bahwa di tengah dunia multipolar saat ini, Indonesia berkomitmen menjadi jembatan bagi kerja sama global dalam membangun stabilitas dan kerja sama dunia.

Ia mengutip pidato bersejarah Presiden Soekarno dalam Konferensi Asia Afrika 1955 sebagai landasan etis dan moral kebijakan luar negeri Indonesia: “Kita tak ingin menciptakan perpecahan baru, tetapi mendorong pengertian bersama, menghormati kedaulatan, dan kerja sama yang adil antarbangsa.”

Menteri Fadli menekankan pentingnya kerja sama Selatan-Selatan (South-South Cooperation) sebagai upaya kolektif mencapai pembangunan berkelanjutan dan pemerataan kesejahteraan bagi negara-negara berkembang.

Mengakhiri pidatonya, Menteri Fadli Zon mengajak seluruh pihak untuk menggali kekuatan dari kekayaan budaya masing-masing bangsa, dan menggunakannya sebagai landasan untuk membangun masa depan bersama yang damai, inklusif, dan berkeadilan.

“Melalui dialog, kerja sama, upaya menegakkan keadilan global, serta rasa saling menghargai antarbangsa, kita bisa membangun masa depan yang damai dan sejahtera untuk seluruh umat manusia secara inklusif,” tuturnya.

(Agustina Wulandari )

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya