Simbol persatuan tersirat dalam logo HUT ke-80 RI yang terdiri atas tiga unsur utama yang mencerminkan arah perjalanan Indonesia. Pertama, bentuk inti yang sama menggambarkan persatuan sebagai dasar dari kedaulatan.
“Jadi di tengah keberagaman bangsa, ada fondasi kokoh yang menyatukan kita. Sebagai penyeimbang dinamika garis sirkular, bentuk ini menciptakan stabilitas visual dan memperkuat keterhubungan antar elemen. Simbol ini juga jadi pemersatu yang mengingatkan kita bahwa kedaulatan hanya bisa tumbuh ketika rakyat merasa mewakili dan/atau terwakili,” papar Ryno.
Unsur kedua adalah garis manifestasi (garis putih di bagian dalam). Tarikan garis sirkular yang membentuk siluet angka 80 direpresentasikan melalui satu garis kontinu yang mengaksentuasi bentuknya. Garis ini menjadi simbol gerak yang berkesinambungan, juga merepresentasikan perjalanan kolektif rakyat Indonesia menuju kehidupan yang lebih adil, setara, dan bermartabat, serta mewujudkan harapan. “Ini menjadi manifestasi kesejahteraan rakyat,” tegas Ryno.
Unsur ketiga, bentuk utuh. Hal itu menggambarkan keterpaduan seluruh elemen membentuk logo yang utuh. Ia mencerminkan gambaran Indonesia yang progresif dan saling terhubung. “Simbol ini menjadi doa yang mengamini sinergi seluruh komponen bangsa dalam mendorong kemajuan yang berkelanjutan dan merata ke seluruh penjuru negeri,” katanya.
Tak hanya itu, makna persatuan juga terlukiskan dalam aksi pemerintah untuk keterbukaan informasi, kejelasan arah kebijakan, dan kepercayaan publik sebagai fondasi utama kemajuan bangsa. Pada era yang serba digital, informasi yang berlalu-lalang membuat masyarakat semakin rentan terhadap disinformasi.
“Kami dari Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) berharap, dengan usia ke-80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, masyarakat Indonesia menjadi semakin cermat, kritis, dan berdaya dalam menghadapi tantangan komunikasi masa kini, salah satunya adalah disinformasi, fitnah, dan kebencian (DFK) yang dapat mengancam persatuan bangsa,” jelasnya.