"Saya ikut demo karena pernyataan Pak Bupati yang seolah menantang warga. Kami kecewa," ungkapnya.
Selain membawa air sebagai simbol, para demonstran juga memboyong keranda mayat sebagai bentuk protes simbolik atas “matinya demokrasi” di Kabupaten Pati. Atribut ini menyimbolkan bahwa aspirasi rakyat dianggap tidak lagi hidup oleh pemimpinnya sendiri.
Meskipun Sadewo telah mengajukan permintaan maaf beberapa hari sebelumnya, massa tetap memadati pusat pemerintahan Kabupaten Pati dengan jumlah yang dilaporkan mencapai puluhan ribu orang.
Situasi akhirnya dapat dikendalikan oleh aparat keamanan, namun ketegangan antara masyarakat dan pemerintah daerah masih tinggi. Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi lanjutan dari pihak Pemkab Pati maupun aparat penegak hukum.
(Fetra Hariandja)