Data terbaru Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalteng menunjukkan, hingga 4 Agustus 2025 tercatat 1.317 hotspot dengan 326 kejadian karhutla yang membakar 451 hektare lahan, mayoritas di areal penggunaan lain (APL) dan lahan mineral. Angka ini menunjukkan karhutla masih menjadi siklus tahunan yang belum terputus.
Kalteng memiliki 4,67 juta hektare lahan gambut yang sangat rentan terbakar. Kabupaten Katingan menjadi wilayah dengan lahan gambut terbesar, disusul Kapuas dan Kotawaringin Timur.
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim kemarau diperkirakan berlangsung hingga September. Provinsi ini bahkan masuk enam besar wilayah prioritas penanganan karhutla nasional bersama Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.
Sarnadie mengingatkan, dampak karhutla bukan hanya merusak lingkungan, tetapi juga mengganggu kesehatan, menurunkan produktivitas ekonomi, hingga membatasi aktivitas warga.
"Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, risiko Karhutla di Katingan bisa ditekan. Ini demi menjaga kelestarian lingkungan dan melindungi kesehatan publik,” ucap Sarjana Teknik lulusan Universitas Palangka Raya ini.
(Arief Setyadi )