JAKARTA – Zohran Kwame Mamdani mencatat sejarah dengan terpilih sebagai Wali Kota New York, Amerika Serikat (AS), pada 4 November 2025. Dengan mengalahkan saingannya, Andrew Cuomo dan Curtis Sliwa, Mamdani yang berusia 34 tahun menjadi wali kota Muslim pertama dan wali kota termuda dalam sejarah New York.
Zohran Mamdani lahir pada 18 Oktober 1991 di Kampala, Uganda, dari pasangan yang juga merupakan tokoh terkenal. Ayahnya, Mahmood Mamdani, adalah seorang profesor di Columbia University, sementara ibunya, Mira Nair, merupakan sutradara film ternama.
Pada usia 7 tahun, Mamdani dan keluarganya pindah ke New York City, AS, di mana ia tumbuh besar hingga saat ini. Mamdani menyelesaikan pendidikan menengahnya di Bronx High School of Science pada 2010 sebelum melanjutkan pendidikan ke Bowdoin College di Maine untuk meraih gelar sarjana dalam bidang Africana Studies pada 2014.
Mamdani memiliki kepedulian besar pada isu kemanusiaan dan perjuangan rakyat Palestina, yang terlihat dari keterlibatannya pada cabang Students for Justice in Palestine yang ia dirikan di kampusnya semasa kuliah.
Setelah lulus kuliah, Mamdani sempat menekuni berbagai bidang sebelum terjun ke politik. Ia pernah bekerja di industri film bersama ibunya dan bahkan membentuk duo hip-hop dengan nama panggung "Young Cardamom" bersama teman masa kecilnya.
Pengalaman saat bekerja sebagai konselor pencegahan penyitaan rumah di Queens membuat Mamdani kemudian memutuskan terjun ke dunia politik. Peran Mamdani dalam pekerjaan tersebut, di mana ia membantu keluarga imigran berpenghasilan rendah agar tidak kehilangan rumah mereka akibat krisis ekonomi, membuatnya ingin menangani krisis perumahan serta keterjangkauan hidup di New York sehingga masyarakat kelas bawah tidak lagi diusir dari tempat tinggal mereka.
Pada 2018, Mamdani resmi menjadi warga negara Amerika Serikat melalui proses naturalisasi.
Mamdani memulai keterlibatan politiknya dengan menjadi relawan dalam kampanye lokal untuk kandidat Demokrat di Queens dan Brooklyn. Pada 2017, ia bergabung dengan cabang New York City dari Democratic Socialists of America (DSA) dan bekerja dalam kampanye Khader El-Yateem, seorang pendeta Lutheran Palestina dan sosialis demokrat.
Pada Oktober 2019, Mamdani mengumumkan pencalonannya untuk mewakili distrik ke-36 Majelis Negara Bagian New York yang mencakup Astoria dan Long Island City di Queens. Dengan dukungan DSA, ia mengusung platform reformasi perumahan, reformasi kepolisian dan penjara, serta kepemilikan publik atas utilitas.
Pada Juni 2020, dalam pemilihan pendahuluan Demokrat yang ketat, Mamdani berhasil mengalahkan petahana lima periode, Aravella Simotas, dengan selisih 346 suara. Kemenangannya membutuhkan waktu hampir sebulan untuk dikonfirmasi. Ia kemudian memenangkan pemilihan umum tanpa lawan dari Partai Republik pada November 2020.
Ia terpilih kembali sebagai anggota Majelis Negara Bagian New York pada 2022 dan 2024, dengan dukungan kuat dari konstituennya.
Pada 23 Oktober 2024, Mamdani mengumumkan pencalonannya sebagai Wali Kota New York untuk pemilihan 2025. Saat itu, ia seorang anggota parlemen negara bagian yang relatif tidak dikenal oleh sebagian besar warga New York.
Platform kampanyenya berfokus pada penurunan biaya hidup bagi warga New York kelas pekerja, dengan proposal-proposal populis yang ambisius, termasuk pembekuan sewa untuk apartemen yang sewanya distabilkan, layanan bus kota gratis, perawatan anak universal, pembangunan 200.000 unit perumahan terjangkau, dan upah minimum USD 30 pada 2030. Mamdani juga mengusulkan pendirian lima toko kelontong milik pemerintah kota — satu di setiap borough — guna menekan harga bahan makanan.
Di sisi lain, untuk membiayai program-program ini, ia berjanji menaikkan pajak bagi korporasi dan individu yang berpenghasilan di atas USD 1 juta per tahun. Janji ini membuat Mamdani mendapatkan perlawanan dari kelas atas New York.
Dalam pemilihan pendahuluan Demokrat pada Juni 2025, Mamdani meraih kemenangan mengejutkan atas mantan Gubernur New York Andrew Cuomo, yang sebelumnya dianggap sebagai favorit jelas. Kemenangan ini membuat Mamdani menjadi sorotan, terutama karena latar belakangnya sebagai anak imigran yang lahir di Uganda, agama Islam yang dipeluknya, serta janji-janji politiknya.
Selama kampanye, Mamdani mendapat dukungan dari sejumlah tokoh progresif terkenal, termasuk Senator Bernie Sanders dan anggota Kongres Alexandria Ocasio-Cortez. Namun, ia mendapatkan penentangan keras dari Presiden Donald Trump, yang berulang kali menyebut Mamdani "komunis" dan mengancam akan memotong dana federal untuk New York City jika ia terpilih.
Ia juga diterpa berbagai tuduhan terkait keterlibatan terorisme dan antisemitisme atas dukungannya bagi Palestina.
Terlepas dari penentangan keras dari Trump dan Partai Republik, pada 4 November 2025, Mamdani memenangkan pemilihan umum wali kota New York dengan meraih lebih dari 50 persen suara mengalahkan Andrew Cuomo, yang kembali mencalonkan diri sebagai kandidat independen, dan Curtis Sliwa dari Partai Republik.
Mamdani akan menghadapi tantangan besar untuk mewujudkan janji-janjinya, serta sorotan dari para lawan politiknya, termasuk Presiden Trump dan kubu Partai Republik.
(Rahman Asmardika)