“Pertahanan sejati adalah kemampuan berpikir jernih di tengah kabut informasi,” ujarnya.
Rido menyoroti peran teknologi seperti AI generatif, big data, dan deepfake dalam membentuk opini publik secara manipulatif. Menurutnya, serangan siber, hoaks berbasis SARA, dan polarisasi digital menjadi tantangan nyata bagi stabilitas politik dan sosial di daerah.
Sebagai langkah antisipatif, ia mendorong pembentukan Satuan Tugas Ketahanan Informasi Daerah (SKID), peningkatan literasi digital kritis, dan penguatan sistem pertahanan siber berbasis arsitektur zero-trust.
Dadan Umar Daihani, yang juga Tenaga Ahli Lemhannas RI menekankan ketahanan nasional merupakan energi kolektif bangsa yang bersifat multidimensi dan dinamis. Dunia saat ini memasuki era BANI (Brittle, Anxious, Nonlinear, Incomprehensible), yang ditandai oleh ketidakpastian global, disrupsi teknologi, dan krisis iklim.
“Ketahanan nasional bukan hanya soal bertahan, tapi kemampuan bangkit dan beradaptasi,” katanya.