DI ZAMAN yang serba kompleks, kehadiran Asisten Rumah Tangga (ART) untuk mendukung tugas-tugas di rumah semakin penting. ART saat ini bukan sekadar kebutuhan tapi (di beberapa keluarga) sudah menjadi prioritas, terutama bagi pasangan muda yang sama-sama bekerja dan telah memiliki buah hati.
Minimnya lapangan kerja dan situasi ekonomi yang sedang lesu pun membuat pekerjaan di sektor informal seperti ART menjadi pilihan. Terutama bagi mereka yang minim keterampilan, atau latar belakang pendidikan yang kurang mumpuni.
Data DPD Asosiasi Penyalur Pekerja Rumah Tangga Seluruh Indonesia (APPSI) DKI Jakarta menyebutkan meski ada penurunan permintaan ART dan baby sitter sebesar 30 persen, namun tidak bisa dikesampingkan, adanya fenomena masyarakat, yang justru beralih profesi menjadi ART menyikapi rendahnya penghasilan atau akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) seperti dari buruh pabrik menjadi ART.
Fakta tersebut, setidaknya menguatkan adanya peluang dan relasi kebutuhan yang erat (supply and demand) antara pemberi kerja dengan ART, dan menjadi hubungan yang saling menguntungkan. Meski pada praktiknya hubungan ini bisa saja berubah di tengah jalan, tercederai akibat adanya wanprestasi yang berujung pada ketidakharmonisan antara pihak satu dengan pihak lainnya yang disebabkan banyak faktor.
1. Bersikap Wajar