YOGYAKARTA - Pakar Elektro Universitas Gajah Mada (UGM) Tumiran mengaku prihatin dengan maraknya penemuan bahan bakar alternatif yang tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Apalagi dengan adanya penemuan tersebut telah menyesatkan masyarakat dan pemerintah yang menganggap bahan bakar air kini sudah bisa dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM).
"Kalau kita lihat misalnya Jepang yang sudah maju IPTEK-nya saja belum bisa mengubah air jadi sumber energi. Apalagi para pakar di sana perlu puluhan tahun lagi untuk bisa ubah air jadi BBM," kata Tumiran di UGM, Selasa (27/5/2008).
Apalagi menurut Tumiran, penemuan Joko Suprapto soal Blue Energy ini tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Untuk itu ia tak yakin Blue Energy temuan Joko itu bisa benar-benar mengubah air menjadi BBM pengganti bensin.
"Setiap hasil penelitian yang bersifat ilmiah harusnya dibuktikan secara ilmiah juga kan," katanya.
Di samping itu keprihatinan Tumiran selaku ilmuwan UGM ini pun semakin bertambah dengan adanya perhatian khusus dari Presiden SBY terhadap penemuan 'Blue Energy' tersebut pada November 2007 silam. Presiden SBY waktu itu sempat mengundang Joko ke kediamanannya di Puri Cikeas untuk menjelaskan Blue Energy.
Bahkan sebuah tim yang dipimpin Heru Lelono, selaku staf Khusus Presiden SBY, menindaklanjuti dengan membangun infrastruktur produksi yang dibangun di Cikeas, Bogor dengan kapasitas produksi 10 liter perdetik.
"Ini hal yang memalukan, karena presiden kita lebih mempercayai hal-hal seperti ini dan tidak pernah memanfaatkan lembaga keilmuan seperti LIPI, BPPT dan Perguruan Tinggi yang bisa diadu pengetahuannya," imbuh Tumiran yang juga menjabat sebagai Ketua Jurusan Teknik Elektro di UGM.
Seperti diketahui, Joko Supratpto, pria asal Nganjuk, Jawa Timur mengumumkan penemuan bahan bakar 'Blue Energy' yang terbuat dari air. Temuan Joko telah diapresiasi pemerintah pada November silam.
Namun tatkala harga BBM naik dan masyarakat menaruh harapan pada bahan bakar alternaif ini, Joko malah sempat menghilang. Belakangan Joko muncul dan menyatakan dalam kondisi sakit dan meminta maaf kepada presiden SBY.
(Hariyanto Kurniawan)