BANTUL - Ribuan warga Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul tumpah ruah ke jalan untuk menyaksikan “Ngarak Ompak” atau Mengirap Ompak, tradisi turun-temurun masyarakat setempat yang dilakukan setiap awal tahun baru Islam atau bulan Syuro, Minggu (20/12/2009).
Hendro Pleret, tokoh masyarakat di Dusun Kerto, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta mengatakan Ompak adalah fondasi dari sebuah tiang bangunan model Jawa. Sebuah batu yang dibuat sedemikian rupa, dan sebuah Ompak itulah yang sampai sekarang ada di bekas Keraton Mataram, Dusun Kerta, Pleret.
Â
Follow Berita Okezone di Google News
Sesudah naik tahta, Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo atau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Pada masanya, Mataram berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Daerah yang saat ini disebut Jawa Timur, dan Jawa Tengah takluk ditangannya.
Â
Selanjutnya dia memindahkan lokasi keraton ke Kerta yang kemudian disebut Mataram Kerta. Mataram selanjutnya berkoalisi dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon yang kemudian terlibat dalam beberapa peperangan antara Mataram melawan VOC.
Â
Setelah Sultan Agung wafat dan dimakamkan di makam raja-raja Imogiri, dia digantikan oleh putranya yang bergelar Amangkurat (Amangkurat I). Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Pleret pada tahun 1647, tidak jauh dari Kerta.
Â
Selain itu, dia tidak lagi menggunakan gelar sultan, melainkan “sunan” (dari “Susuhunan” atau “Yang Dipertuan”). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak ketidakpuasan dan pemberontakan. Pada masanya, terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat bersekutu dengan VOC.
Â
Amangkurat wafat di Tegalarum (1677) ketika mengungsi, sehingga dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak puas dan pemberontakan terus terjadi.
Â
Pada masanya, keraton dipindahkan lagi ke Kartasura (1680), sekitar 5 Km sebelah barat Pajang karena kraton yang lama dianggap telah tercemar.
Â
Melihat dari penggalan Sejarah tersebut, daerah Pleret merupakan petilasan yang menjadi pusat pemerintahan Kraton Mataram yang saat itu jaya, sejak zaman Pemerintahan Sultan Agung sampai jamannya Sunan Amangkurat Agung.
Â
“Dengan cerita itulah, tradisi Ngarak Ompak tetap dilestarikan oleh masyarakat Pleret dan sekitarnya. Tujuannya tak lain adalah mengenang Kejayaan Kraton Mataram Islam, yang berpusat di Pleret,” ujar Hendro.
Â
Selain itu, lanjutnya, perayaan ini memberikan apresiasi seni budaya kepada masyarakat, mengajak masyarakat untuk terlibat melestarikan seni budaya tradisi, dan mengajak generasi muda tetap menghargai sejarah serta jasa pahlawan.
Â
“Terakhir, menyambut Tahun Baru Hijjriah 1431 H atau Jawa 1943 Dal” tandas Hendro.
(lsi)