SURABAYA - Universitas Bhayangkara Surabaya (Ubhara) menggelar pengajian dan doa bersama sebagai aksi keprihatinan atas kondisi bangsa yang kian karut marut akibat bencana alam dan sejumlah kasus korupsi di Indonesia.
Humas Ubhara M Fadeli mengatakan, acara hasil kerja sama dengan sejumlah pihak ini nantinya digelar rutin satu bulan sekali. "Sebagai bentuk kepedulian nasib bangsa, pengajian dan doa bersama ini akan digelar satu bulan sekali," katanya, Kamis 28 Oktober malam.
Pengajian yang digelar di Graha Bhayangkara dihadiri sejumlah tokoh agama, di antaranya, Ki Sinarto (dalang), Ki Sudrun (budayawan), Aman Sugandi dan HM Yuwono (praktisi media), Prof. Suparto W (pakar lingkungan hidup), Suko Widodo (pengamat sosial), Gus Lutfi (komunitas Bening Hati), serta KH Imam Hambali (Ponpes Al Jihad).
Fadeli menjelaskan, Tolak Sawan berasal dari bahasa Jawa, maknanya sama halnya dengan Tolak Balak. Banyak orang memahami sawan hanya bisa kena kepada anak kecil, padahal tidak demikian. Dia menilai, bangsa ini pun telah terkena virus sawan yang berupa perilku anarkis, koruptif, dan pragmatis. Tak heran, banyak Balak atau bencana sebagai ganjaran dari sang pencipta. "Karena itu, pengajian yang digawangi budayawan, ulama, profesional, dan akademisi dimaksudkan merajut ide agar bangsa ini lebih baik," jelasnya.
Pengajian ini juga digelar dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda 28 Oktober. Ubhara mencoba merevitalisasi pemahaman arti sumpah pemuda dengan cara yang berbeda.
(Rani Hardjanti)