JAKARTA - Masyarakat di Kepulauan Seribu menggantungkan penghasilan mereka di sektor perikanan dan pariwisata. Namun saat ini transportasi masih menjadi kendala.
Kepala Sub Bagian Kelautan Bagian Perekonomian dan Pembangunan Kepulauan Seribu Sudiman menjelaskan, minat pariwisata mulai tinggi namun ketersediaan transportasi belum memadai. ”Sejumlah armada menghadapi masalah kelayakan kapal,” ungkap Sudiman, Selasa (2/11/2010).
Masalah ini menimpa dua jenis sarana transportasi, baik kapal ojek dan kapal Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Terdapat 30 jenis kapal ojek melayani dari Muara Angke dan tujuh kapal milik dinas di Pelabuhan Marina Ancol.
Kapal ojek sangatlah jauh dari kelayakan, namun karena tarifnya murah masih menjadi favorit saat ini. Pada musim Lebaran tercatat sebanyak 58 ribu penumpang baik turis maupun masyarakat lokal menggunakan jasa kapal ojek. ”Angka ini tentu tidak seimbang dengan armada yang ada,” terang Sudiman.
Terlebih banyak kapal ojek yang belum memenuhi standar oeprasional prosedur pelayaran.
Tidak adanya kelengkapan seperti bangku kapal, jaket keselamatan, dan pelampung membuat armada ini berbahaya. Saat akhir pekan, pemandangan overload pun kerap dijumpai. Belum lagi masalah kapal tidak dilengkapi dengan perangkat global positioning system (GPS) membuat kapal ini tidak dapat berlayar pada malam hari.
Kapal milik Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Perhubungan juga menghadapi kendala yang sama. Dua kapal cepat KM Lumba-Lumba dan enam unit KM Kerapu masih terlalu jauh jumlahnya untuk melayani kebutuhan pariwisata maupun masyarakat Kepulauan Seribu.
Kondisi mesin kapal saat ini sudah kurang sehat dan memerlukan perawatan khusus. Sedangkan biaya perawatan berat mesin kapal belum dianggarkan.
Masalah lainnya, kapasitas angkut kapal sangat terbatas, sementara permintaan terus meningkat. Terlebih masalah ukuran KM Kerapu tidak memungkinkan berlayar dengan kondisi laut berombak besar, seperti pada musim angin barat dan musim angin timur.
(Anton Suhartono)