BEIJING - China mulai mengoperasikan kapal induk pertamanya yang merupakan kapal bekas Rusia. Kapal yang dibeli dari Ukraina itu dinamakan Liaoning.
Pengoperasian kapal induk pertama China ini diumumkan oleh Kementerian Pertahanan China. Kehadiran kapal ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan tempur Angkatan Laut (AL) serta kerjasama dalam menanggapi bencana alam dan ancaman non-tradisional lainnya.
"Kapal induk ini memiliki arti penting dan efektif dalam menjaga kedaulatan dan keamanan nasional, membawa keuntungan serta membangun perdamaian dunia dan mewujudkan pembangunan global," sebut Kementerian Pertahanan China seperti dikutip Associated Press, Rabu (26/9/2012).
Perdana Menteri China Wen Jiabao menegaskan kapal induk ini dapat membangkitkan kebanggaan nasional serta semangat patriotik. "Kapal induk ini memiliki makna kuat dan mendalam untuk membuka wajah baru sosialisme sebagai karakteristik China," imbuhnya.
Sebelumnya, China merupakan satu-satunya anggota Dewan Keamanan PBB yang belum memiliki kapal induk. Fakta ini dinilai mencengangkan mengingat, Amerika Serikat (AS) memiliki jumlah kapal induk yang signifikan. Bahkan beberapa diantaranya ditempatkan di kawasan Asia.
Mantan pejabat AL China Laksamana Yang Yi mengatakan, kapal induk tersebut nantinya akan dilengkapi dengan dengan teknologi yang lebih maju. Sejumlah latihan militer juga akan digelar untuk memaksimalkan pengoperasian kapal induk tersebut.
"Ketika China memiliki AL yang lebih kuat dan seimbang, situasi regional akan lebih stabil karena kekuatan-kekuatan yang mengancam perdamaian kawasan tidak lagi berani bertindak gegabah," ungkap Yang.
Sementara itu pengamat AL China di U.S. Naval War College Andrew S. Erickson menyebut, kehadiran kapal induk China ini merupakan simbol kekuatan bagi pemimpin politik dan militer China. "Bagi AL China ini adalah sebuah permulaan dari perjalanan yang panjang. Ini adalah perjalanan yang akan menarik perhatian dunia dan pada akhirnya membawa Beijing ke posisi baru sebagai salah satu kekuatan laut terbesar dunia," imbuhnya.
(Rani Hardjanti)