BIMA - Setelah melalui perundingan cukup alot, warga Godo-Kabupaten Bima akhirnya membuka blokade jalan poros Sumbawa tadi malam.
Jalan satu-satunya yang menghubungkan Pulau Lombok dengan Pulau Sumba dan Flores ini ditutup warga Godo selama dua hari sebagai buntut aksi perusakan dan pembakaran rumah mereka yang dilakukan oleh warga Desa Sambili. Akibatnya 98 rumah warga Godo hangus terbakar dan sekitar enam ratusan warga Desa Godo kehilangan tempat tinggal.
Perundingan ini dimediatori oleh sejumlah pejabat, bahkan Gubernur NTB, Tuan Guru Zainul Majdi dan Kapolda NTB Brigjen (Pol) Mochamad Irawan juga ikut berunding dengan warga.
Sikap warga mulai melunak saat Gubernur berjanji akan berupaya membantu warga memperbaiki rumah mereka. Konflik warga Godo dan Desa Sembili ini berawal dari aksi balas dendam sekitar 5.000 warga Sambili karena tidak terima salah seorang warganya Burhan (36) dibantai warga Godo karena diduga memiliki ilmu hitam.
Mereka membakar 98 rumah warga Godo. Akibat amuk masa ini seluruh bangunan di Dusun Godo rata dengan tanah dan hanya tersisa satu bangunan masjid dan sebuah poliklinik desa saja.
Menjelang isya' tadi malam, warga Godo mulai menyingkirkan palang-palang kayu, batu, seng dan bekas-bekas reruntuhan rumah dan membersihkannya dari jalan. Tak lama kemudian puluhan kendaraan terutama truk yang mengangkut hasil bumi dari Pulau Sumba dan Flores mulai bergerak perlahan ke arah Lombok dan Bali. Demikian pula sebaliknya, truk-truk dari arah Barat yang mengangkut barang-barang dari Pulau Jawa dan Bali juga bisa melanjutkan perjalanannya ke Sumba dan Flores.
Pembukaan blokade jalan ini disambut gembira oleh para sopir truk, karena jika blokade masih terus berlangsung mereka khawatir muatannya rusak. Fahmi, sopir truk yang mengangkut pisang dari Manggarai-Sumba mengatakan muatannya sudah mulai rusak. Jika aksi blokade jalan terus berlangsung maka muatannya akan membusuk. “Kalau sudah busuk ya terpaksa akan saya buang di pinggir jalan,” ujarnya.
Selain Fahmi, masih ada belasan truk besar yang mengangkut pisang dari Manggarai yang terjebak di kilometer 40 dari Kota Bima ini. Sumba merupakan salah satu daerah penghasil pisang terbesar di Indonesia. Hasil bumi ini setiap harinya diangkut puluhan truk untuk dipasarkan di Pulau Lombok, Bali dan Jawa.
Truk-truk ini biasanya kembali ke Pulau Sumba dengan membawa barang kebutuhan pokok sehari-hari dari Pulau Jawa, seperti minyak goreng, gula, mentega, beras bahkan sampai kertas, buku dan alat-alat tulis dan perkantoran.
(Muhammad Saifullah )