JAKARTA - Staf Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, A Yani Basuki, mengutarakan keprihatinannya atas kegaduhan di pentas politik nasional. Menurut alumnus IAIN Sunan Ampel tersebut, situasi ini cukup menganggu.
“Presiden berkali-kali menekankan dalam sidang kabinet bahwa kita bisa mencapai lebih dari yang ada hari ini bila semua elemen politik bersatu dan mengedepankan kepentingan nasional,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (4/12/2012).
Dalam forum bedah buku Memimpin di Era Politik Gaduh di IAIN Sunan Ampel, Yani mengungkapkan, CEO Forum di Jakarta belum lama ini menyimpulkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia pada posisi yang baik dengan proyeksi optimis di tahun depan. Keyakinan itu dapat dilihat dari postifnya investment grade, angka pertumbuhan, suku bunga dan stabilitas.
Hanya saja, momentum tersebut sedikit terhambat akibat adanya kegaduhan politik yang menguras energi. Kegaduhan dimaksud adalah konflik antar lembaga politik yang menguras energi dan cenderung berbau politisasi.
Yani menambahkan, dalam era Reformasi saat ini, kekuasaan politik tak lagi berpusat di eksekutif seperti Orde Baru. Akibatnya, semua pihak merasa memiliki “hak mengatur negara” dan ingin eksis guna menunjukkan kekuatannya. Ditambah dengan adanya iklim kebebasan sekarang ini, parade eksistensi tersebut justru mengarah pada show of power dan kurang mengabaikan pentingnya soliditas.
Karena itu, Yani mengingatkan kepada semua pihak bahwa tujuan utama reformasi adalah memperkuat sendi-sendi kebangsaan dan keberpihakan kepada rakyat. Reformasi jangan hanya dilihat sebagai perubahan, tetapi juga adanya perubahan dan keberlangsungan sekaligus.
Bila hanya mengakomodir perubahan tanpa memikirkan keberlanjutan, maka yang terjadi adalah kegaduhan seperti saat ini. “Ini yang harus dimaknai kembali, bahwa di balik kekuasaan tentu ada tanggung jawab,” terangnya.
Sementara itu, penulis buku Memimpin di Era Politik Gaduh Zaenal A Budiyono menyatakan bahwa sulit mencari alasan yang paling tepat untuk menjelaskan mengapa dunia politik kita sangat gaduh seperti sekarang ini.
Ia mengatakan, dalam teori politik, konflik tajam antarkelompok politik terjadi bila pemerintah gagal menjalankan tujuan pembangunan atau negara tengah berada pada krisis. Sementara yang terjadi di Indonesia sejauh ini pada posisi yang cukup baik dan stabil.
“Kita bisa melihat sejumlah data yang menunjukkan pembangunan bangsa ini on the right track. Misalnya, alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan yang naik signifikan dari tahun ke tahun,” ujarnya.
(Muhammad Saifullah )