LONDON – Sebuah kesaksian mengungkap keterlibatan Inggris dalam pembunuhan Perdana Menteri Kongo Patrice Lumamba pada tahun 1960 silam. Agen perempuan Inggris bernama Daphne Park mengaku memimpin operasi pembunuhan tersebut.
Kesaksian itu diberikan Park kepada rekannya, David Lea, sebelum dia wafat pada tahun 2010 lalu. Lea lalu menulis kesaksian tersebut dalam sebuah surat yang dikirimnya ke media.
“Banyak teori yang menyebut Inggris berada di belakang aksi pembunuhan Lumamba. Dugaan mereka benar, bahkan saya sendiri yang memimpin operasi itu,” sebut Park dalam kesaksiannya itu, seperti dikutip Guardian, Selasa (2/4/2013).
Patrice Lumamba adalah Perdana Menteri Kongo pertama yang terpilih secara demokratis. Inggris membunuh Lumamba karena dianggap memiliki hubungan dekat dengan Uni Soviet.
Saat itu Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur memang sedang panas-panasnya. Inggris khawatir kandungan uranium yang melimpah di Kongo akan dimanfaatkan Uni Soviet untuk program nuklirnya.
Park sendiri disebut sebagian pihak sebagai ratu mata-mata Inggris. Dia bekerja untuk Badan Intelijen Inggris, MI6, selama lebih dari 40 tahun lamanya.
Namun ada juga yang menyangsikan keaslian dari pengakuan Park tersebut. Selama ini Park dikenal sebagai sosok yang tertutup dan menjaga kerahasiaan operasi intelijen yang dilakukannya.
“Saya rasa Park tidak akan pernah membuat kesaksian semacam itu. Dia orang yang tertutup, lagipula MI6 tidak memiliki wewenang untuk melakukan pembunuhan,” ujar seorang mantan pejabat MI6 yang tidak disebut namanya.
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari