Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Seragam Putih Merah yang Lusuh dan Sobek

Dion Umbu Ana Lodu , Jurnalis-Selasa, 18 Juni 2013 |11:02 WIB
Seragam Putih Merah yang Lusuh dan Sobek
Siswa Satap Langira Sumba Timur (Dok: Dion/Sindo TV)
A
A
A

SUMBA TIMUR - Pemandangan memprihatinkan tampak setiap pagi bila kita berjalan di pedalaman Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Anak-anak SD Satu Atap (Satap) Langira di Desa Katiku Wai, Kecamatan Matawai Lapawu, Sumba Timur, berangkat sekolah dengan seragam putih merah yang sudah lusuh dan sobek.

Seragam yang hanya satu stel harus mereka pakai selama sepekan. Warna putih seragam tak lagi kinclong. Hal yang sama juga terlihat pada celana dan rok yang warna merahnya sudah memudar. Belum lagi seragam itu sudah tidak sesuai lagi dengan ukuran tubuh mereka.

Tak diketahui sudah berapa tahun usia seragam mereka. Bisa jadi, seragam itu tidak pernah diganti sejak mereka masuk.
Meski demikian, suasana sekolah tetap meriah dengan semangat dan tingkah polah mereka.

“Saya punya seragam putih merah ini hanya satu. Setiap hari saya tetap rajin ke sekolah. Kotor tidak apa-apa daripada sama sekali tidak ada,” ungkap Berliam, seorang siswi kelas V, Selasa (18/6/2013).

Sadrack Baya, salah seorang guru Satap Langira, mengatakan, kondisi anak-anak di sini sangat memprihatinkan. Jangankan untuk seragam, fasiltias sekolah saja masih jauh dari memadai.

“Seperti bisa dilihat, beginilah keadaan kami. Kalau mau harap terlalu banyak dari orang lain, kami bisa terus jalan di tempat. Jadi hanya dengan semangat kami bisa tetap bertahan,” ujarnya.

Pemandangan seperti ini juga tampak di sejumlah SD lainnya di Sumba Timur, seperti SD Mbatakapidu, Kecamatan Kota Waingapu, dan SD Mauramba di Desa Mauramba, Kecamatan Kahaungu Eti.

Tak hanya berseragam dekil dan lusuh, sebagian besar siswa di tiga sekolah itu harus menempuh jarak lima sampai 12 kilometer setiap hari untuk berangkat dan pulang sekolah.

Para guru berharap pemerintah bisa memperbaiki kondisi ini. Bila anak-anak sudah belajar pada kondisi yang tidak nyaman, bagaimana mereka bisa maksimal menyerap pelajaran. Bagaimana masa depan mereka?

(Anton Suhartono)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement