TOKYO - Kampanye pemilu untuk Majelis Tinggi Jepang dimulai hari ini. Pemilu itu akan menjadi uji coba terhadap kekuatan Perdana Menteri Shinzo Abe dalam menguasai pemerintahan.
Partai Liberal Demokrat (konservatif) yang dipimpin Abe akan segera bertarung dengan oposisi pada 21 Juli mendatang. Saat ini, kedua partai itu saling mengonsolidasikan diri dengan mengkampanyekan program-program mereka.
Beberapa hal yang menjadi isu utama di pemilu tersebut adalah masalah kebijakan ekonomi, dan pembahasan seputar konstitusi Jepang. Partai Demokrat (oposisi), berjuang secara terus menerus untuk mengkikis popularitas Abe.
Seperti diketahui, setengah dari 242 kursi di Majelis Tinggi selalu diperebutkan selama tiga tahun. 430 kandidat akan bertarung di pemilu untuk menduduki 121 kursi itu. Demikian, seperti diberitakan Kyodo, Kamis (4/7/2013).
Saat ini, Partai Liberal Demokrat dan koalisinya, New Komeito, sudah mengamankan 59 dari total kursi. Mereka hanya membutuhkan 63 kursi untuk menguasai Majelis Tinggi.
Posisi Majelis Tinggi memang cukup penting, namun wewenang politik mereka masih jauh lebih kecil ketimbang Majelis Rendah yang sudah terlebih dulu dikuasai Partai Liberal Demokrat. Bagi Partai Liberal Demokrat, kegagalan dalam menguasai Majelis Tinggi tetap akan mempersulit pemerintahan Abe dalam mencetuskan kebijakannya.
Abe merupakan politisi konservatif yang sudah pernah menguasai pemerintahan Jepang pada 2007, namun dipaksa muncul akibat adanya perpecahan di parlemen. Kebijakan ekonominya yang kerap disebut dengan istilah "Abenomic," akan menjadi sumber perdebatan di pemilu.
Pemimpin partai oposisi, Banri Kaieda, mengingatkan warga agar tidak membiarkan Partai Liberal Demokrat memenangkan pemilu. Kaieda mengatakan, kemenangan partai konservatif justru akan meningkatkan permasalah seperti peningkatan harga bahan pokok, listrik, dan lainnya.
(Aulia Akbar)