JAKARTA - Malam minggu, muda-mudi asyik bercengkrama di pinggir jalan, di taman, di tempat keramaian seperti mal. Sesekali, pasangan cowok-cewek belia saling peluk, bahkan berciuman dan bercumbu di depan umum. Pemandangan aneh, namun mulai biasa kita lihat.
Jam istirahat di kelas, segerombolan siswa berkumpul di satu meja. Satu siswa memegang gadget, LCD-nya mempertontonkan adegan hubungan intim antara dua orang dewasa. Penasaran, siswa-siswi sebuah SMP pun membuat video serupa, di sekolahnya.
Itulah ilustrasi betapa maraknya pergaulan bebas dan kebiasaan menonton video porno di kalangan anak muda Indonesia. Menurut Dosen Information Technology (IT) di Universitas Mercu Buana (UMB) Afiyati Reno, dua hal ini sangat bertalian erat. Sekali saja seseorang menonton video porno, maka dia akan terus merasakan keinginan menontonnya lagi.
Sebab, kata Afiyati, ketika menonton video porno, otak akan mengeluarkan endorfin, enzim yang menyebabkan perasaan senang pada seseorang; misalnya ketika senang dan tertawa. Sekali endorfin keluar, maka seseorang akan menginginkannya lagi.
"Ketika kita melihat es krim yang menggiurkan, lalu kita coba rasakan, akhirnya kita pengen terus nyuap lagi dan lagi. Seperti itulah kebiasaan menonton video porno berubah menjadi kecanduan," ujar Afiyati ketika berbincang dengan Okezone, Senin (30/12/2013).
Sayangnya, terlalu banyak mengeluarkan endorfin juga tidak baik bagi tubuh. Jika kita terus-terusan menonton video porno, maka otak akan dipaksa terus mengeluarkan endorfin hingga 50-100 kali dalam sehari.
Afiyati menjelaskan, endorfin dikeluarkan oleh prefrontal cortex (PCF) yang letaknya di atas alis mata. PFC ini seperti direktur yang mengatur kerja otak. Kalau PFC dipaksa terus bekerja untuk mengeluarkan endorfin, maka dia akan rusak.
"Dan kalau PFC ini rusak, maka yang tertinggal hanya lah saraf nafsu," imbuhnya.
Mengapa bisa begitu? Menurut Afiyati, hal ini terjadi karena saraf lainnya di otak tidak distimulasi sehingga tidak bekerja dengan baik. Seseorang yang kecanduan video porno tidak akan bisa lagi melihat mana yang baik dan mana yang buruk karena yang dominan adalah nafsunya.
"Secara kasat mata kita enggak bisa melihat perbedaan seseorang yang sudah kecanduan video porno dan tidak. Tetapi mereka yang kecanduan video porno sudah tidak bisa membedakan hal yang baik dan buruk karena didominasi nafsu," tuturnya.
(Rifa Nadia Nurfuadah)