CERITA mengenai kain kiswah yang ada di Makkah, Arab Saudi, kini sedang ramai dibicarakan. Pasalnya, ada seorang jemaah umroh asal Indonesia yang nekat mencuri kain tersebut untuk kesembuhan cucunya. Namun, apakah kain kiswah memiliki manfaat atau hanya sebagai alat penutup saja.
Nur Jannah Amin Sadjo (56), sempat tersandung masalah hukum di Arab Saudi. Warga Pangkep, Sulawesi Selatan itu kepergok oleh pihak keamanan setempat sedang menggunting kain penutup Kakbah (kiswah). Dia pun harus rela mendekam di penjara selama 2 pekan, meski pun pada akhirnya dia bisa bebas tanpa tuntutan apapun.
Kain kiswah merupakan salah satu alat yang digunakan warga di Arab Saudi untuk melindungi Kakbah. Kata kiswah yang berarti penutup yaitu sebagai alat untuk menutupi Kakbah dari debu dan kotoran yang ada di sekitarnya. Kain ini oleh sementara pihak diyakini dapat mendatangkan berkah.
Tidak cuma jamaah dari Indonesia yang memercayai hal itu, tetapi juga banyak jamaah dari negara lain seperti Malaysia. Tak heran bila di antara jutaan orang yang menunaikan ibadah haji atau umroh di Makkah, ada yang memburu kain tersebut. Padahal untuk mendapatkannya tidak mudah. Sebab, kain ini tidak dijual di toko-toko atau pasar yang banyak terdapat di Tanah Suci.
Namun toh ternyata ada orang-orang tertentu yang telanjur memercayai dapat memperoleh kain itu. Mereka berani membayar mahal sampai jutaan rupiah, hanya untuk memperoleh sepotong kain yang berukuran cuma satu kali dua meter.
Mengingat tidak ada toko yang menjualnya, orang-orang berburu dengan bisik-bisik dan sembunyi-sembunyi. Ada yang berusaha menghubungi para mukimin. Bagi yang bisa berbahasa Arab, mereka tak sungkan-sungkan menanyakan ihwal penjualan kiswah itu ke petugas Masjidil Haram.
Kain berwarna hitam itu diyakini bisa membuat hidup lebih sejahtera dan bahagia. Tak hanya itu, kain itu juga diyakini mempunyai tuah sesuai dengan keinginan pemiliknya. Misalnya bisa untuk kekebalan tubuh, untuk pelaris dagangan, meraih karier, dan menyembuhkan penyakit.
Dianggap Jimat
Bagi sebagian orang, kain kiswah dianggap memiliki banyak manfaat karena kain itu merupakan kain suci yang selalu didoakan bagi para jemaah. Hal inilah yang membuat Nur Janah rela mencuri kiswah ketika sedang tawaf. Dia menggunting kain tersebut sepanjang 2 cm disela melakukan salat sunnah di Hijir Ismail pada 27 Februari lalu.
Nur Janah melakukan tindakan tersebut lantaran kain kiswah diyakini bisa menyembuhkan cucunya yang saat ini berusia 4 tahun.
Menurut ustad Subhki, kain kiswah tidak memiliki manfaat apa-apa, apalagi sampai bisa menyembuhkan seseorang yang sedang sakit. Kain kiswah hanyalah kain biasanya yang dipergunakan untuk menutup Kakbah sebagai pelindung agar tidak roboh atau terkena debu.
“Kain kiswah itu tidak memberikan manfaat. Hakikatnya, kain itu hanya memberikan keberkahan karena selalu didoakan oleh banyak manusia dari berbagai Negara di dunia. Tetapi tidak memberikan manfaat apa – apa,” kata guru ngaji di daerah Otista, Kampung Melayu, Jakarta Timur ini.
Ustad Subhki menyayangkan tindakan berbagai kalangan yang percaya bahwa kain kiswah bisa memberikan manfaat, apalagi jika mereka percaya bahwa kain kiswah bisa dijadikan jimat. Karena yang pasti, orang – orang yang beribadah itu justru menunjukkan perbuatan musyrik.
“Masyarakat sekarang ini kan banyak yang salah. Mereka menganggap hal – hal yang seperti itu adalah hal – hal gaib, itu musyrik. Padahal kain kiswah ini tidak memiliki manfaat. Kecuali kalau mereka mengambil untuk keberkahan itu baru benar. Tetapikan agak sulit untuk mendapatkannya, kalau tidak salah hanya orang – orang tertentu saja yang bisa mendapatkan kain itu, itu pun hanya kain bekas yang sudah tidak digunakan baru mereka gunting dan mereka bagikan,” kata ustad Subhki.
Dia mengatakan, kain kiswah sendiri dibuat hanyalah sebagai tradisi warga setempat. Mereka ingin menghormati Rasulullah dengan cara menutupi makamnya agar tidak roboh atau selalu terlindungi. Karena pada saat zaman Zahilliyah, selalu ada perang dimana banyak orang – orang kafir yang ingin menghancurkan Kakbah.
“Kain ini hanya benda saja, istilahnya tradisi warga sekitar untuk selalu menghormati Rasul. Karena di zaman Rasul, kain kiswah itu belum ada. Kain itu baru dijadikan sebagai penutup sekitar abad ke 18,” kata dosen honorer di Universitas Islam Negeri (UIN) Ciputat ini.
Sementara itu, menurut paranormal Ki Said, kain kiswah memberikan manfaat yang sangat besar. Warna putih yang dijadikan sebagai penutup atau kiswah Kakbah melambangkan kesucian. Kain itu digunakan sebagai bentuk untuk memerangi kejahatan.
“Kain kiswah, itu ada maknanya. Itu artinya untuk memerangi kejahatan, kezaliman. Karena pada waktu zaman jahiliyah, itu kan tempat makamnya nabi yang terakhir. Di situ banyak harta-harta yang bisa disalah gunakan sehingga orang-orang di sana pada waktu itu justru mempercayai hal itu melebihi kepercayaan mereka kepada Tuhan,” kata Ki Said saat dihubungi.
Namun, lanjut Ki Said, fungsi kain kiswah saat ini lebih kepada untuk mengenang jasad leluhur. “Bagi yang bisa menembus alam gaibnya maka dia bisa bicara dengan orang – orang yang membuat kain itu,” katanya.
Terkait warna yang dipilih dalam pembuatan kain tersebut, menurut Ki Said yaitu melambangkan kesucian. Karena warna putih itu melambangkan fiqih. “Putih itu suci, istilahnya seperti bayi yang baru lahir, jadi kenapa bukan warna hitam, merah atau biru, karena orang – orang di sana ingin kesucian dari ka’bah itu terpancar dari kain yang mereka gunakan sebagai penutup ka’bah,” katanya.
Ki Said menegaskan jika kain kiswah tidak bisa dijadikan sebagai jimat. Karena kain itu adalah kain buatan manusia. “Ngga bisa, kain biasa saja. Itu buatan manusia sekarang itu sama dengan doa. Kalau untuk jimat tidak bisa. Jimat itu datangnya natural atau dari orang – orang dulu. Tetapi kalau orang yang membuat kain itu benar - benar yang bersih hatinya dan perbuatannya,” kata Ki Said.
Menurut Ki Said, orang yang bisa mendapatkan jimat hanyalah orang – orang yang memiliki ilmu – ilmu khusus. Ilmu-ilmu khusus tersebut bisa berupa pemberian atau ilmu yang memang sudah dimilikinya sejak lahir.
“Orang yang ingin mendapatkan jimat itu biasanya yang sudah mempunya ilmu, namanya ilmu tarik. Karena mereka mengambil benda dari suatu tempat yang merupakan benda alami. Lain dengan jimat pemberian, biasanya hanya orang – orang tertentu saja yang bisa diberikan itu tetapi itu juga kita harus melakukan ritual – ritual,” kata Ki Said.
Menurut Ki Said, jimat yang bagus itu kebanyakan berasal dari alam gaib yaitu dari nenek moyang. “Jadi kalau kain kiswah itu bukan jimat, itu hanya kain biasa saja karena bukan alami, itu kain buatan,” katanya.
Miliaran Rupiah
Kiswah pertama kali dibuat oleh seorang pengrajin bernama Adnan bin Ad dengan bahan baku kulit unta. Namun dalam perkembangannya, kiswah dibuat dari kain sutera.
Untuk membuat sebuah kiswah, memerlukan 670 kg bahan sutera atau sekitar 600 meter persegi kain sutera yang terdiri dari 47 potong kain. Masing – masing potongan tersebut berukuran panjang 14 meter dan lebar 95 cm.
Meskipun kiswah tampak hitam jika dilihat dari luar, namun ternyata bagian dalam kiswah itu berwarna putih. Salah satu kalimat yang tertera dalam pintalan emas kiswah adalah kalimah syahadat, Allah Jaila Jalallah, La Ilaha Illah, dan Muhammad Rasulullah. Surat Ali Imran:96, Al-Baqarah:144, surat Al-fatihah, surat Al’Ikhlas terpintal indah dalam benang emas untuk menghiasi kiswah.
Kaligrafi yang digunakan untuk menghias kiswah terdiri dari ayat – ayat yang berhubungan dengan haji dan Ka’bah juga asma – asma Allah yang dimuliakan. Hiasan kaligrafi yang terbuat dari emas dan perak tampak berkilau indah saat terkena cahaya matahari.
Karena menggunakan bahan baku dari benda – benda yang sangat berharga seperti sutera, emas maupun perak, harga kiswah ini menjadi sangat mahal, sekira Rp50 miliar. Sehingga setiap tahun Jawatan Wakaf Kerajaan Arab Saudi harus menyediakan dana sekitar Rp 50 miliar untuk pembuatan kiswah.
Menurut sejarah, tradisi penggantian kiswah yang dilakukan setiap tahunnya sudah ada sejak masa Khalifah Al-Mahdi yang merupakan penguasa Dinasti Abbbasiyah ke-IV.
Tradisi tersebut bermula ketika Khalifah Al-Mahdi naik haji kemudian penjaga Ka’bah melapor kepadanya tentang kiswah yang pada saat itu sudah mulai rapuh dan dikhawatirkan akan jatuh. Mendengar laporan yang memprihatinkan itu, Al-Mahdi memerintahkan agar setiap tahun kiswah diganti.
Sejak saat itu, kiswah untuk Kakbah setiap tahun selalu diganti pada musim haji dan menjadi sebuah tradisi yang harus selalu dijalankan. Dengan demikian tidak ada lagi kiswah yang kondisinya memprihatinkan.
Pasalnya, setiap kiswah hanya memiliki masa pakai selama satu tahun. Bahkan kiswah yang bekas dipakai Kakbah ada yang dipotong-potong kemudian potongan tersebut dijual sebagai penghias rumah maupun kantor.
Berlebihan atau tidak?
Menurut Ustad Subhki, ada banyak cara yang dilakukan oleh umat manusia untuk menghormati nabi Muhammad SAW, salah satunya yaitu dengan membuat penutup Kakbah yang terbuat dari kain sutera dan benang emas dan perak. Namun hal itu bukanlah sesuatu yang berlebihan.
“Kiswah itukan dibuat untuk menjaga kondisi Kakbah agar tetap bersih dan tidak roboh jadinya warga di sana membuat penutupnya. Kalau soal berlebihan atau tidak, itu tidak berlebihan karena itu tradisi mereka untuk menghormati nabi kita,” kata Ustad Subhki.
Dia mengatakan, Allah SWT saja selalu memuji Nabi Muhammad SAW. Jika Allah saja memuji maka umatnya pun juga harus memujinya, asalkan dengan cara yang benar dan sesuai dengan ajaran agar yang ada di dalam kitab suci Alquran.
“Dalam Alquran saja kita bisa melihat bahwa Nabi Muhammad bagaikan matahari, bagaikan bumi yang kita tempati. Tetapi itukan hanya bagaikan bukan dia matahari atau bumi. Jadi kita boleh memuji dengan cara apapun asalkan masih sesuai dengan ajaran agama, istilahnya tetap berada di koridor yang benar,” kata Ustad Subhki.
(Muhammad Saifullah )