JAKARTA - S (15), remaja asal Indramayu ini tak kuasa menahan air mata saat bercerita tentang pengalamannya menjadi korban perdagangan manusia, di Kantor Komnas Perlindungan Anak, Jakarta.
Dia mengadu ke Komnas PA setelah berhasil menyelamatkan diri dan ditolong seorang anggota LSM Lembaga Investigasi Tipikor.
Berawal saat S bermain ke rumah teman kakaknya di Indramayu. Dia dijumpai seorang ibu bertubuh subur bernama Pepi dan kemudian membawanya bekerja di Jakarta.
"Enggak tahu mau kemana mau ngapain, dibawa ke hotel besar, enggak tahu hotel apa. Di sana saya diperawanin, saya nangis teriak minta pulang, saya tanya mau kemana sih, sudah diam saja katanya, pulangnya saya dikasih uang Rp3 juta," ungkap S kepada wartawan, Jumat (14/06/2014).
Tiga hari setelah berada di hotel tersebut, S dipaksa harus bekerja di Hotel Travel, Mangga Besar. Abun nama bosnya.
"Di sana kerja dua bulan, saya enggak dipaksa layanin tamu. Saya pikir kerja di Jakarta cuci piring, cuci baju, enggak tahunya di Jakarta kerjanya kayak gitu," ungkap S.
Di kampungnya, S memang sudah tidak sekolah lagi. Terakhir kelas 1 SMA. Ibu S juga sempat datang hendak menjemput S pulang, namun dilarang oleh para germo yang menyekap S.
"Enggak boleh pulang sama Abunnya, lalu pindah lagi dioper ke temannya, namanya Totok di Bar Grand LA, akhirnya ada yang nolongin, untung saja," kata S.
Di dua tempat Abun dan Totok, S dipaksa melayani tamu tiga pria hidung belang sehari. Ironisnya, hanya S yang masih di bawah umur.
"Nemenin tamu minum, diajakin ke kamar. Sehari 4 tamu, paling tips sehari hanya Rp200-300 ribu. Enggak boleh nolak, kalau menolak bakal dimarahin. Ada banyak cewek-ceweknya di sana, tapi cuma saya yang masih kecil," tuturnya polos.
(Dede Suryana)