BANGKALAN - Kondisi anak-anak sekarang di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, dalam menyanyikan sebuah lagu sangat mengkhawatirkan. Pasalnya, mereka lebih bangga menyanyikan lagu pop dan dangdut, dibandingkan bernyanyi lagu anak-anak.
Padahal, lagu anak pas untuk dunia mereka, sedangkan lagu dangdut dan pop khusus untuk kalangan dewasa. Nahasnya, sebagian besar lagu dewasa mengarah pada cerita percintaan, sehingga secara tidak langsung anak kecil sudah mengerti soal asmara.
Hal semacam ini harus segera dicarikan sebuah solusi, agar para generasi penerus tidak kebablasan meniru yang ada pada syair lagu orang dewasa. Jangankan anak kecil, orang dewasa sendiri bisa terpengaruh lagunya bila tidak bisa menyaring mana yang baik dan tidak.
"Saya perhatikan pada program pendidikan, tidak menyediakan lagu anak-anak dan tradisional. Jadi kebanggaan terhadap lagu-lagu tersebut tidak ada," kata Pengamat Sosial dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Iskandar Zulkarnaen, Rabu (24/9/2014).
Menurutnya, anak-anak saat ini lebih bangga menyanyikan lagu pop dan dangdut, dibandingkan menyanyikan lagu yang cocok atau pas dengan dunianya. Seperti lagu anak-anak, tradisional dan nasional. Ini terjadi lantaran tidak adanya di program pendidikan.
"Dulu saat kita sekolah diwajibkan lagu anak-anak, tradisional, dan nasional pada TK dan SD sehingga anak-anak tidak sampai menghafal lagu orang dewasa karena sudah ada lagu yang pas buat mereka," paparnya.
Pada kurikulum 2013, sambung Iskandar, dirinya menilai cukup berat terhadap anak. Anak tidak bisa menghibur diri dengan bermain tradisional, padahal saat usia itu masih senangnya bermain.
"Kondisi ini menghilangkan karakter Indonesia. Mereka tidak hafal lagu Hari Merdeka dan baru menghafal lagu nasional ketika mendekati 17 Agustus. Sedangkan dulu tidak demikian, setiap waktu diajari lagu-lagu tersebut, sehingga bisa membentuk karakter anak akan cinta pada bangsa sejak dini," pungkasnya.
(Kemas Irawan Nurrachman)