SUKOHARJO - Serupa dengan peziarah makam-makam yang dianggap keramat, peziarah makam Ki Ageng Balak di Desa Mertan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, juga memiliki tujuan saat berziarah. Tiap peziarah, memiliki maksud dan tujuan berbeda-beda.
Makam Ki Ageng Balak memiliki lima orang juru kunci, dua di antaranya adalah Heri Purnomo dan ayahnya. Menurut Heri, tiap juru kunci memiliki kode etik sendiri dan peziarah tetap, karena peziarah biasanya datang lebih dari sekali.
"Namun bila juru kunci yang diminta peziarah berhalangan, baru bisa digantikan oleh juru kunci yang lain, itupun harus izin dari juru kunci yang diminta terlebih dahulu," jelas Heri saat ditemui Okezone.
Bila peziarah datang melalui Heri atau ayahnya, selalu ditekankan untuk berdoa dan meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa bukan kepada Ki Ageng Balak. Dia malah meminta peziarah untuk mendoakan Ki Ageng Balak agar mendapat tempat yang baik di sisi-NYA.
Sebab, berdasarkan cerita yang beredar, semasa hidupnya Ki Ageng Balak adalah orang yang baik dan disegani. "Untuk Ki Ageng Balak cukup kirim doa saja," sarannya.
Dia menjelaskan, proses ritual di Makam Ki Ageng Balak tidak jauh berbeda dengan ritual masyarakat di tempat-tempat yang dianggap sakral, yakni membawa bunga dan dupa. "Biasanya juru kunci akan berdoa untuk peziarah, selanjutnya peziarah dipersilakan masuk dan berdoa sendiri di dalam makam," urainya.
Heri mengklaim sudah memberikan rambu-rambu terkait doa yang dipanjatkan oleh peziarah. Seandainya peziarah di dalam makam meminta kepada selain Tuhan, itu menjadi urusan pribadi. "Yang pasti kami sudah ingatkan, kami sampaikan apa yang seharusnya," terangnya.
Sementara itu Yati, seorang pemilik warung di areal Makam Ki Balak, menjelaskan, peziarah yang datang kebanyakan membawa uborampenya seperti bunga, dupa, pisang raja, dan sebutir kelapa. Namun ada juga yang hanya membawa bunga.
Menurutnya, peziarah berasal dari kalangan pejabat, pedagang, hingga penyanyi campur sari. "Biasanya kalau kabul hajatnya, akan datang lagi untuk menggelar syukuran di makam. Ada yang menyembelih kambing atau sapi. Dulu ada juga yang yang menggelar wayangan semalam suntuk," jelasnya.
Seorang peziarah asal Jakarta, Waluyo, mengungkapkan, tujuannya berkunjung ke Makam Ki Balak dalam rangka berusaha agar anak gadisnya mendapat pekerjaan. "Ini kali ke tiga saya ke sini. Dulunya hanya ngantar kakak saya. Atas seizin Yang Maha Kuasa, usahanya tambah maju," jelasnya.
Menurutnya, waktu yang baik untuk berkunjung adalah saat berlangsungnya penggantian kelambu makam.
"Biasanya ratusan peziarah ingin ngalap berkah dengan memperebutkan sesaji atau secarik kain bekas kelambu makam. Biasanya akhir bulan Suro," pungkasnya.
(Risna Nur Rahayu)