JAKARTA - Memasuki 100 hari kepemimpinannya, Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) nampaknya belum memberikan perubahan siginifikan dalam berbagai hal.
Pemerintah dituding hanya rajin melakukan propaganda penghematan anggaran, tanpa ada itikad baik untuk memperbaiki keadaan.
"Pemerintah nampaknya hanya getol propaganda untuk kepentingan penghematan, namun dalam nota keuangan RAPBN perubahan 2015, pemerintah memangkas habis BBM jenis premium," kata Koordinator Koalisi Anti Utang (KAU), Dani setiawan kepada wartawan di Jakarta, Rabu (28/1/2015).
Alasan pemerintah dalam subsisdi BBM telah menjadi beban APBN dan sekaligus membatasi keuangan negara untuk membiayai kegiatan lain yang lebih produktif.
Anehnya kata dia, pemerintah tidak menganggap pembayaran utang sebagai komponen yang membebani anggaran dan membatasi kemampuan negara untuk menjalankan kewajiban konstitusi, dan beban pembayaran utang tersebut akan terus mengerogoti Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga tahun 2030 mendatang.
"Padahal beban pemerintah dalam membayar utang termasuk bunga obligasi rekapitalisasi dari Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)," jelasnya.