Menurut sejarah Tuan di Kandang merupakan putra Sultan Mahmud Syah Seljuq, raja dari Baghdad yang berkuasa pada masa Bani Abbasiyah. Ia mengungsi ke ujung Pulau Sumatera bersama 400 pengikutnya saat Baghdad diserang Kerajaan Mongol tahun 1116 Masehi.
Di sana saat itu masih dikuasai Kerajaan Indra Purba Lamuri. Abi Abdullah yang ahli fikih, tasawuf dan ilmu pemerintahan berbaur dengan penduduk lokal, menyebar pengaruh Islam. Karena jujur dan berakhlak baik, Abi Abdullah dijuluki Tuan di Kandang. Dalam istilah Aceh masa lalu, Kandang merupakan pusat istana kerajaan.
Dalam bukunya, peneliti sejarah NA Baloch dan Lance Castle menyebut, Kerajaan Lamuri berpusat di Lamreh (Kecamatan Krueng Raya, Aceh Besar sekarang). Versi lain mengatakan, pusat pemerintahan Lamuri di Gampong Pande yang saat itu dikenal sebagai Bandar Darussalam belakangan jadi Bandar Aceh Darussalam. Sementara di Lamreh merupakan benteng pertahanannya dan kota maritim.
Lamuri sempat menghadapi serangan besar-besaran dari pasukan Kerajaan Chola, India. Sultan Abdul Aziz Johan Syah, putra Tuan di Kandang membantu Lamuri melawan Chola dan berhasil memenangkan peperangan. Maharaja Indra Sakti, Raja Indra Purba Lamuri kala itu kemudian menikahkan putrinya Baludari dengan Sultan Johan Syah.
Sebagai ulama ahli pemerintahan, Tuan di Kandang kemudian menggagas terbentuknya kesultanan. Dideklarasikanlah Kerajaan Aceh Darussalam pada 1 Ramadhan 601 Hijriah atau 22 April 1205. Tanggal ini sekarang dijadikan hari jadi Kota Banda Aceh.
Raja pertama adalah Sultan Abdul Aziz Johan Syah yang berkuasa hingga tahun 1234. Ayahnya Tuan di Kandang menjadi penasihat kerajaan yang disegani dan dimuliakan. Lamuri dan rakyatnya melebur dalam Kerajaan Aceh dan menganut Islam.