JAKARTA - Penyelenggaraan Kongres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada 9 April 2015 tak dipungkiri hanya sebagai wadah pengukuhan Megawati Soekarnoputri untuk kembali duduk sebagai ketua umum. Setidaknya itu yang termaktub dalam rekomendasi Rakernas IV PDIP.
Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhroh menilai, kesediaan Megawati Soekarnoputri memimpin PDIP hanya bagus untuk perhitungan jangka pendek. Sementara untuk kalkulasi jangka panjang, bisa menjadi bumerang bagi partai berlambang banteng moncong putih itu.
"Jangka pendek bagus, karena ada asumsi kuat dari kader kalau Bu Mega bisa jadi alat pemersatu dan meredam faksi-faksi yang ada," ujar Zuhroh kepada Okezone, Jumat (3/4/2015).
Namun, untuk kepentingan ke depan, Megawati dirasa gagal dalam melakukan kaderiasasi terhadap partainya. Apalagi dalam iklim demokrasi adanya kontestasi merupakan poin yang tidak bisa dihindari.

Sehingga jika PDIP selalu memakai pola aklamasi dalam menentukan pemimpinnya, berarti partai tersebut meniru pola yang dianut oleh orde baru.