JAKARTA - Banyaknya penyalahgunaan narkoba yang melibatkan remaja membuat SMP Garuda Cendekia Jakarta mengunjungi Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk mendapat pencerahan mengenai permasalahan dan upaya pencegahannya.
Penyuluh Deputi Bidang Pecegahan BNN, Eva Firti Yuanita, mengatakan, berdasarkan data pihaknya diketahui bahwa 22 persen penyalah guna narkoba adalah pelajar dan mahasiswa.
"Iya saat ini banyak sekali anak remaja yang menjadi pemakai narkoba," tegas Eva kepada wartawan, Rabu (15/4/2015).
Dia mengatakan, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran serta menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri.
Narkotika golongan I, kata Eva, adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi serta mempunyai potensi yang sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, contohnya kokain, opium, heroin, dan desomorfina.
"Adapun narkotika golongan II adalah yang berkhasiat pengobatan dan digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi menimbulkan ketergantungan. Contohnya, alfasetilmetadol, betametadol, dan diampromida," paparnya.
Sedangkan narkotika golongan III yakni yang digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta hanya mempunyai potensi ringan. "Contohnya kodein, asetildihidrokodeina, polkadina, dan propiram," sambung Eva.
Sementara Syifa Amali, guru SMP Garuda Cendekia, mengatakan, pihaknya khawatir narkoba menyerang anak didiknya. Oleh karena itu, pihak sekolah melakukan langkah preventif untuk melindungi mereka dari penyalahgunaan narkoba dengan cara meminta informasi dari BNN.
"Apalagi mereka ini adalah penerus kepemimpinan nasional. Jadi, pihak sekolah harus benar-benar memberikan perlindungan dan pengawasan," tutur Syifa.
Kunjungan itu juga bertepatan dengan kegiatan tahunan sekolah untuk pelajaran IPA, khususnya materi tentang pengenalan zat adiktif dan obat-obatan terlarang. "Harapannya anak-anak bisa lebih aware (peduli) sama diri mereka sendiri," sambung Syifa.
(Fiddy Anggriawan )