“Setelah dicek semuanya, mereka (tim dokter) ambil proyektil lalu dijahit kembali, dimandikan, lalu dipakaikan kain kafan. Selanjutnya, diserahkan kepada pihak keluarga. Kami perlakukan layaknya orang mati pada umumnya,” kenang S.
S juga menceritakan, tim dari jaksa eksekutor dengan tim regu penembak tidak saling mengenal. Pertemuan mereka hanyalah terjadi di lokasi penembakan saja.
“Bayangin, terpidana itu bukan saudara kita. Enggak ada ikatan emosi apa pun tiba-tiba disuruh matiin, tega enggak tuh?,” ucapnya sambil mengelus dada.
Baginya, adanya hukuman mati seharusnya menjadi ancaman dan efek jera bagi siapa saja yang melakukan kejahatan. Terlebih, mereka yang terlibat dalam kejahatan narkotika.
“Dibilang setuju hukuman mati, sebenarnya sih enggak juga. Kalau para penjahat itu banyak merugikan masyarakat, ya mau bagaimana lagi,” pungkasnya.
(Randy Wirayudha)