Salah satu sikap egois itu dengan melanggengkan keturunannya sebagai raja, meskipun perempuan. Sementara, Sultan tidak memiliki seorang putra, sehingga mengganti putri sulungnya sebagai calon penerus takhta.
Saat disinggung Sultan membuka sejarah baru Keraton Yogyakarta. Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummahat Kotagede Yogyakarta itu hanya tertawa.
"Itu kan egois, putra mahkota itu laki-laki anak raja, bukan perempuan," katanya.
Lalu, saat disinggung siapa yang pantas mengantikan Sri Sultan. Muhaimin menjelaskan seharusnya penerus takhta adalah putra dari HB IX.
Namun, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama itu tidak mau menyebut nama putra HB IX yang pantas mengantikan HB X. Dia menyerahkan ke internal Keraton Yogyakarta yang punya ororitas penuh atas putra mahkota.
(Randy Wirayudha)