AWAL kemerdekaan Republik Indonesia, keadaan perekonomian sangat buruk. Kas negara kosong, pertanian dan industri rusak berat akibat perang. Blokade ekonomi yang dilakukan Belanda pun membuat perdagangan dengan luar negeri terhambat. Kekeringan dan kelangkaan bahan pangan terjadi di mana-mana.
Di tengah keterpurukan bangsa. Sri Sultan Hamengkubuwono IX menghibahkan anggaran 6.000.000 Gulden kepada pemerintah Indonesia untuk membiayai jalannya roda pemerintahan, kebutuhan hidup para pemimpin dan para pegawai pemerintah lainnya.
Baca juga: Kisah Ratu Belanda Juliana Bersahabat dengan Sultan Hamengkubuwono IX, Satu Kampus di Leiden
Bapak Pramuka Indonesia itu begitu peduli dan rela mengorbankan harta miliknya demi kelangsungan hidup Indonesia. Bahkan, karena Indonesia tak punya apa-apa, maka seluruh pembiayaan pemerintahan ditanggung oleh Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Ada kisah menyebutkan, saat itu Soekarno menyuruh stafnya untuk menyiapkan kuitansi sebagai tanda utang, tetapi Sri Sultan HB IX menolak. Dengan modal tersebut, Soekarno-Hatta sukses menjalankan roda pemerintahannya, terus hidup, tumbuh dan semakin kuat. Sampai sekarang. Hal itu dikutip dari jogjaprov.go.id, dengan judul "4 Januari, Heroiknya Jogja Selamatkan Indonesia".
Baca juga: Kisah Rampogan Macan, Harimau Jawa Diadu dengan Banteng dan Prajurit Keraton
Kejadian itu terjadi di saat pemerintahan baru Indonesia yang baru berjalan tiba-tiba dihadang rintangan dengan datangnya Belanda yang ingin kembali berkuasa. Belanda rupanya tidak ingin melepaskan Indonesia begitu saja, baik secara diplomatik maupun militer. Berbagai macam teror ditebar. Bahkan ada pula upaya penculikan Presiden Soekarno beserta pejabat negara lainnya.