Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pengorbanan Dua Sersan Laut Mencegah Kehancuran Pasukan Inti ALRI

Randy Wirayudha , Jurnalis-Selasa, 19 Mei 2015 |06:59 WIB
Pengorbanan Dua Sersan Laut Mencegah Kehancuran Pasukan Inti ALRI
Monumen ALRI Kotadalam, Lampung (Foto: tnial.mil.id)
A
A
A

SANGAT vital untuk tidak lalai, terlebih ketika berjaga di kala ancaman Belanda masih sangat kental di masa revolusi fisik. Dua Sersan Laut Agus Djalil dan Sersan Mardjono berkat kesigapan dan kewaspadaannya, bisa mencegah penyusupan pasukan Belanda untuk menghancurkan pasukan inti ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia – kini TNI AL).

Ya, tentara Belanda mampu menembus celah garis pertahanan pasukan ALRI di Kampung Guyuban, untuk kemudian menyerang markas ALRI di Kotadalam, Lampung, 19 Mei 66 tahun yang lampau (1949).

Hari itu jadi salah satu hari yang paling dikenang oleh setiap insan TNI AL sampai sekarang, kendati peristiwa penyerangan pasukan Belanda ke Kotadalam itu tak banyak dikenang masyarakat awam.

19 Mei 1949, Sabtu dini hari sekira pukul 02.00 WIB, pasukan Belanda yang bergerak dari Pringsewu menerobos celah pertahanan pasukan ALRI di Guyuban, berkat bantuan mata-mata pribumi yang pro-Belanda.

Sersan Laut Agus Djalil dan Sersan Laut Marjono, kala itu tengah bertugas jaga di belakang markas yang sekelebat, melihat pergerakan pasukan Belanda. Mereka mulai terlihat menyusun personel untuk mengepung markas dan tiga rumah warga yang ditempati pasukan ALRI lainnya.

Baik Agus maupun Marjono sontak menembakkan senapan mereka ke arah tentara Belanda dan tak pelak membangunkan beberapa rekan mereka lainnya yang tengah tertidur. Baku tembak jarak dekat terjadi dan Agus serta Marjono gugur bersama enam prajurit ALRI lainnya.

Unsur kejutan dari pasukan Belanda gagal, kendati serangan tetap diteruskan. Tapi beruntung, berkat kewaspadaan dan pengorbanan Agus Djalil dan Marjono, kekuatan inti ALRI di Kotadalam bisa “diungsikan”.

Dalam serangan mendadak itu selain kehilangan delapan prajurit dan seorang anggota laskar, tiga rumah warga yang ditempati prajurit ALRI turut dibakar tentara Belanda.

Akan tetapi setelah menerima komando dari Komandan Pangkalan I.A Latnan Satu Talmiz, pasukan inti ALRI bisa segera berpindah ke pos baru di Limau, tepatnya di Pantai Putihdoh dan Pantai Tengor. Mereka lantas berpindah lagi ke Kampung Gebang, sebelum akhirnya keluar dari wilayah gerilya pasca-gencatan senjata pada akhir Agustus 1949.

Kisah pengorbanan Sersan Agus Djalil dan Marjono memang terbilang kalah “populer” dari sejumlah peristiwa maupun pengorbanan di beberapa wilayah Pulau Jawa. Tapi setidaknya nama mereka bersama peristiwa itu ikut diabadikan dalam sebuah monumen Kotadalam.

Monumen berukuran 6x1 meter persegi berbentuk jangkar dan lidah api itu berada di Desa Kotadalam, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Lampung Selatan dan berdiri di atas tanah wakaf warga. Sebuah monumen yang dikatakan wajib dikunjungi oleh para prajurit baru TNI AL.

(Randy Wirayudha)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement