TRIPOLI – Sebanyak 10 ribu warga Inggris dilaporkan telah meninggalkan Tunisia untuk kembali ke negaranya menyusul peristiwa penembakan di Sousse yang terjadi Jumat 26 Juni. Namun, 10 ribu lainnya dikabarkan tetap tinggal di negara Afrika Utara itu.
Sebagian besar warga Inggris yang kembali, diduga adalah turis-turis dari Sousse, tempat terjadinya penembakan yang menewaskan 39 orang tersebut. Mereka telah kembali dengan menggunakan pesawat komersial dan pesawat yang dikirim khusus untuk menjemput mereka oleh maskapai dan perusahaan travel.
“Kejadian Jumat itu benar-benar buruk, dan saya pikir orang-orang bereaksi terhadap peristiwa itu. Semula sebagian orang memilih untuk pulang dan mempertimbangkan kembali pemesanan mereka. Tapi, kami juga melihat orang-orang yang mengatakan ‘kami akan melanjutkan liburan kami’,” kata sumber dari Asosiasi Agen Travel Inggris, Victoria Bacon, sebagaimana dilansir Mirror, Rabu (1/7/2015).
Dia memperkirakan industri pariwisata Tunisia akan sangat terpengaruh dengan kejadian ini, paling tidak dalam jangka pendek. Hal serupa terjadi pada Mesir dan Kenya yang juga mengalami penurunan jumlah wisatawan setelah aksi teror di kedua negara tersebut.
Ini adalah kedua kalinya tujuan wisata di Tunisia mendapat serangan teroris. Maret lalu, Museum Nasional Tunisia atau yang dikenal dengan nama Museum Bardo diserang sekelompok pria bersenjata. Sebanyak 22 orang tewas dalam peristiwa itu, sebagian besar dari mereka adalah wisatawan Inggris.
(Hendra Mujiraharja)