Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Radikalisme Bukan Budaya Bangsa Indonesia

Antara , Jurnalis-Rabu, 19 Agustus 2015 |16:38 WIB
Radikalisme Bukan Budaya Bangsa Indonesia
Ilustrasi. Dok Okezone
A
A
A

Hal yang sama diungkapkan dosen Fakultas Dirasat Islamiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah, Dr. Sahabudin. Menurutnya, budaya kekerasan seharusnya bisa diminimalisasi dengan meningkatkan toleransi dan juga kembali ke jalan Islam yaitu rahmatan lil alamin.

Muhasabah Islam atau kembali ke jalan Islam serta sikap toleransi menjadi salah satu cara jitu untuk membendung dan menangkal serangan paham radikalisme dan terorisme di Indonesia. Pasalnya Indonesia adalah negara majemuk, baik agama, suku, dan budaya, sehingga sudah seharusnya masyarakat Indonesia kembali ke pemahaman Islam yang benar serta meningkatkan toleransi demi menjaga persatuan dan kesatuan di Bumi Pertiwi.

“Ini menjadi tantangan bangsa Indonesia setelah memasuki usia 70 tahun. Kita semua harus bisa melakukan introspeksi diri dengan bermuhasabah dan menjalin toleransi yang lebih erat lagi,” ungkap Sahabudin.

Yang pasti, kata Sahabudin, semua pihak harus terlibat dalam pencegahan budaya kekerasan dan radikalisme. Apalagi itu tidak bisa diselesaikan hanya melalui pendekatan hukum dan keamanan saja. Terlepas dari simbol agama apapun yang mereka gunakan, kekerasan dan radikalisme merupakan musuh bersama umat beragama.

“Agama adalah sumber kebaikan dan kedamaian. Karena budaya kekerasan, apalagi terorisme tidak memiliki akar dalam dan semua aksi teror pada dasarnya bukan tindakan keagamaan, terutama bagi agama Islam yang sangat keras dalam mengecam budaya kekerasan dan terorisme. Itu semua ada dalam Alquran,” ujarnya.

(Muhammad Saifullah )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement