”Selama ini kesannya kursus hanya bisa dijangkau warga kota dan biayanya mahal. Karena itu, kami sengaja membuat kursus gratis berbasis desa, yang lokasinya dekat dengan tempat tinggalnya. Bekal bahasa ini juga untuk mengimbangi sektor pariwisata yang terus bergeliat di Banyuwangi. Minimal warga bisa memanfaatkan kemampuan bahasanya untuk bisnis jasa pemandu wisatawan mancanegara,” kata Bupati Anas.
Anas menambahkan, MEA adalah pintu bagi semua peluang, sehingga harus dimanfaatkan, bukan ditakuti. Oleh karena itu, Pemkab Banyuwangi menyiapkan sumberdaya manusia dan hal penunjang lain agar bisa bersaing di kancah regional. ”Selain kursus bahasa asing, produk-produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga kami fasilitasi agar semakin berkualitas,” ujar Anas.
Kepala Dinas Pendidikan Sulihtiono mengatakan, para peserta ujian akan mendapatkan sertifikat bahasa yang sesuai standard dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Sertifikat yang didapatkan mulai dari elementary I maupun II menyesuaikan dengan kemampuan mereka. ”Sertifikat sebagai bukti legal kelulusan mereka setelah menempuh kursus bahasa,” jelas Sulihtiono.
Hari ini, selain ujian kursus bahasa asing yang diikuti warga, Pemkab Banyuwangi juga memfasilitasi ujian TOEFL secara gratis untuk 500 siswa SMA. ”Ujian TOEFL bagi siswa SMA ini juga sebagai sarana pembanding antara siswa sekolah dan peserta kursus di desa-desa. Ini sebagai bahan evaluasi kami,” jelas dia.
Sulihtiono mengatakan, kursus ini akan terus berlanjut hingga tahun mendatang. ”Memberi kesempatan bagi yang ingin belajar sampai tingkat advance, selain tentunya membuka kesempatan lagi bagi warga yang ingin belajar bahasa asing,” pungkas Sulihtiono.
(Muhammad Saifullah )