JAKARTA - Konfilk di daerah yang disebabkam isu SARA kerap terjadi, terbaru terjadi di Tolikara, Papua, dan Aceh Singkil. Peneliti Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD), Yayasan Paramadina, Ihsan Ali-Fauzi, menilai sikap kepemimpinan umat agama menjadi ujung tombak dalam pencegahan isu kerusuhan terkait SARA.
Ia menjelaskan, dalam ilmu sosial ada istilah internal polising. Artinya, jika dalam komunitas ada potensi kericuhan, maka harus diredam oleh komunitas itu sendiri.
"Para pemimpin agama harusnya bisa memimpin umat agar tidak bertindak anarkis. Pemimpin umat harus mengarahkan ke arah yang baik," katanya dalamsebuah diskuasi bertema 'Tolikara, Aceh Singkil, Cukup Sudah', di Jakarta Selatan, Kamis (22/10/2015).
Jika memang para pempimpin umat beragama itu tidak mampu meredam isu SARA yang berujung pada konflik, kata Ihsan, mereka sebaiknya langsung berkoordinasi dengan pihak berwenang untuk mencegah bentrokan yang terejadi di dua daerah tersebut.
"Peran pemimpin umat dan pihak berwenang harus harmonis ketika isu terkait SARA mulai tampak," katanya.
Seperti diketahui, dalam kurun waktu tiga bulan Indonesia digemparkan atas terjadinya dua peristiwa kerusuhan yang terkait dengan isu SARA, yakni insiden di Tolikara, Papua dan di Aceh Singkil dimana di kedua daerah tersebut terjadi pembakaran bangunan.
(Angkasa Yudhistira)