INFERIOR dalam hal jumlah kekuatan, bukan serta merta Inggris inferior pula soal tekad. Terlebih yang jadi “taruhan” adalah negaranya sendiri. Battle of Britain pada 31 Oktober 75 tahun lampau, sukses dimenangi dengan sengit demi mencegah invasi Nazi Jerman ke Kepulauan Inggris.
Pasca-menguasai Eropa di fase awal Perang Dunia II, 'penggede' Nazi Jerman, Der Führer Adolf Hitler berencana menginvasi Inggris. Hitler meradang setelah Inggris keukeuh memerangi Jerman, kendati sejumlah pasukannya “diberi jalan pulang”, usai terkepung di Dunkirk.
Unternehmen Seelöwe atau Operasi Singa Laut, disiapkan Hitler untuk menginvasi Britania Raya. Namun dia mesti lebih dulu adu kekuatan udara miliknya, Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman) kontra Royal Air Force (RAF) atau AU Inggris.
Pertempuran antar ribuan burung besi pun meletus pada 10 Juli-31 Oktober 1940. Saat itu, kekuatan Inggris hanya mencapai angka 1.963 pesawat berbagai tipe, mulai pesawat tempur hingga pesawat pembom (bomber). Sementara Luftwaffe mengerahkan 2.550 pesawat berbagai jenis pula.
Regia Aeronautica (AU Italia), turut terjun meski tak memberi perlawanan sebanding untuk “kawannya”, Jerman. Sementara Inggris turut disokong AU Kanada dan beberapa pilot sukarelawan dari Amerika Serikat (AS).
Pertempuran udara itu tercatat dalam empat fase. Fase pertama pertempuran Kanalkampf atau pertempuran Selat Inggris (10 Juli-11 Agustus), Adlerangriff atau “Serangan Elang” (12-23 Agustus), fase krisis serangan Luftwaffe ke berbagai pangkalan udara Inggris (24 Agustus-6 September), hingga serangan Jerman yang menyasar sipil pada 7 September.