Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Fenomena Pulung Gantung dan Tingginya Angka Bunuh Diri di Gunungkidul

Markus Yuwono , Jurnalis-Senin, 07 Desember 2015 |10:51 WIB
Fenomena <i>Pulung Gantung</i> dan Tingginya Angka Bunuh Diri di Gunungkidul
Ilustrasi (Okezone)
A
A
A

GUNUNGKIDUL – Angka bunuh diri dengan cara gantung diri di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta cukup tinggi. Fenomena bunuh diri di kabupaten ini, tidak terlepas dari fenomena yang dipercaya masyarakat sekitar dengan kemunculan mahkluk mitos yang diberi nama ‘pulung gantung’.

Hampir setiap warga Gunungkidul, pernah mendengar mitos pulung gantung. Dari cerita yang beredar di masyarakat, sosok tersebut berwujud sebuah cahaya berwarna merah yang datang dari atas langit dan jatuh ke sebuah rumah. Nantinya, warga yang 'terpilih' tersebut, dipercaya akan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Kata pulung, menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti beroleh bahagia (anugerah, hadiah, pangkat). kejatuhan bintang;. Ataupun mendapat kemalangan (kesulitan) akibat perbuatan orang lain;

Meski zaman sudah berubah. Namun, warga setempat masih mempercayai fenomena  tersebut. Tidak heran, jika ada rumah yang terlihat kejatuhan pulung gantung, tidak lama kemudian pasti ada anggota keluarga di rumah tersebut yang melakukan bunuh diri.

"Saya pernah diberitahukan warga, jika melihat cahaya yang dipercaya sebagai pulung gantung jatuh di rumah anak buah saya, dan kebetulan dia meninggalnya juga bunuh diri," kata Dukuh Kayubimo, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Sutino, saat dihubungi Okezone.

Sutino mengatakan, beberapa bulan lalu, warga di dusunnya sempat dikejutkan dengan munculnya bola api di wilayahnya. Kejadian tersebut terjadi beberapa kali, hingga membuat kondisi dusunnya sempat mencekam.

Setiap malam, warga ronda untuk mengusir mahkluk tersebut dengan membunyikan kentongan. Dan benar saja, tidak lama setelah itu, ada salah seorang warganya yang meninggal bunuh diri, diduga warga tersebut nekat bunuh diri karena melihat pulung gantung.

"Selama 40 hari setelah ada yang meninggal karena bunuh diri, kami memukul bunyi bunyian dan ronda setiap malam," ujarnya.

Sutino menceritakan, setelah warga menggelar ruwatan desa dengan menggelar pertunjukan wayang, kondisi psikologis warga di wilayahnya berangsur kembali normal. "Setelah diruwat warga akhirnya tenang, saat ini sebagian besar warga sudah tidak takut,"ucapnya.

Menurut Sutino, selain menggelar ruwatan, warga di dusunnya memiliki keyakinan, setiap ada penduduk yang meninggal karena gantung diri, warga langsung menggali tanah tepat dibawah jasad korban. Biasanya, waraga akan menemukan 3 tiga bongkahan bola tanah basah. "Warga percaya, jika bola tanah tersebut tidak diambil, maka akan menular ke warga lainnya," ujar dia.

Sementara, ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul, CB Supriyanto mengakui, hampir sebagian masyarakat Gunungkidul, masih mempercayai tentang fenomena tersebut. Sebab, masyarakat melihat, fenomena ini sebagai kenyataan dan bukan sekedar mitos.

"Fenomena ini sudah dipercaya masyarakat Gunungkidul turun temurun," katanya

Fenomena bunuh diri di Gunungkidul, menurutnya, tidak sebatas karena faktor ekonomi. Pasalnya, pernah ada korban pulung gantung yang bertitel professor. "Jadi saya kira tidak hanya faktor ekonomi yang selama ini dipercaya sebagian orang sebagai penyebabnya. Untuk itulah, kenapa Sehingga faktor pulung gantung masih dipercaya,"ucapnya.

Ia menilai, faktor mahluk halus yang dikenal sebagai pulung gantung menjadi salah satu pemicu. Meski diakuinya, dalam agama maupun sains memang sulit untuk dijelaskan.

"Dari segi ilmu pengetahuan memang sulit dijelaskan, mungkin orang yang sudah berpendidikan tidak percaya hal itu, tapi bagi masyarakat disini masih percaya,"tandas Supriyanto.

(Fransiskus Dasa Saputra)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement