“Sejatinya, RS Indonesia dibangun di Gaza untuk difungsikan sebagai rumah sakit trauma. Namun, melalui proses tarik ulur dan permintaan Kementerian Kesehatan Palestina, kami memilih jalan tengah bahwa RS Indonesia ini akan difungsikan sebagai rumah sakit umum pada masa tidak terjadi krisis, sementara itu ketika sedang terjadi masa krisi atau perang, eskalasi dan sebagainya, maka RS Indonesia ini akan berfungsi sepenuhnya menjadi rumah sakit trauma,” ungkap Dokter Arief Rachman.
“Nah, dalam perubahan menjadi rumah sakit umum itulah kemudian ada beberapa penambahan alat yang itu harus menunggu sekira empat sampai lima bulan, sehingga baru kemudian pada Desember 2015 RS Indonesia ini baru bisa digunakan dan beroperasi sepenuhnya,” sambungnya.
RS Indonesia di Gaza, Palestina, diketahui memiliki dua lantai dan satu basement. Bagian basement digunakan sebagai ruang penyimpanan, parkir, dan cuci steril. Sementara lantai satu difungsikan sebagai ruang pasien rawat jalan, poliklinik, ruang IGD, radiologi, dan CT-Scan. Untuk lantai dua, dikhususkan sepenuhnya sebagai ruang rawat inap.
(Jihad Dwidyasa )