JAKARTA - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menolak disalahkan terkait mahalnya harga obat akibat dari gratifikasi serta sponsorsip untuk dokter.
"Kami menolak kalau dibilang harga obat mahal akibat gratifikasi atau sponsorsip dokter," ucap Ketua Umum PB IDI, Oetama Marsis, di Sekretariat PB IDI, Jakarta Pusat, Kamis (11/2/2016).
Pihaknya mengaku, penentu dari mahalnya harga obat adalah dari pihak perusahaan farmasi dari beberapa faktor, salah satunya adalah tingginya harga bahan baku dari obat itu sendiri.
"Mahalnya harga obat itu dari bahan bakunya, jadi perlu kita klarifikasi bahwa dokter dalam hal ini tidak mempengaruhi harga obat," tambah Marsis.
Dia menambahkan, tuduhan mahalnya obat akibat adanya dugaan pemberian gratifikasi kepada dokter seharusnya didasari dengan data serta hasil investigasi yang kuat.
Sebelumnya, tuduhan tersebut terkait dengan pemberitaan dari salah satu media, yang menurut IDI membuat citra dokter Indonesia runtuh.
Masalah tersebut juga sebelumnya sudah dibahas bersama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kementrian Kesehatan, pada 2 Februari lalu yang membahas tentang gratifikasi di dunia kesehatan.
(Fiddy Anggriawan )