BANDUNG - Yani, gajah Sumatera milik Kebun Binatang Bandung diketahui dalam kondisi mengenaskan. Gajah berusia 40 tahun itu kini sakit, bahkan sudah tidak bisa berdiri sejak beberapa waktu lalu.
Badannya kurus, nafsu makannya sudah sangat menurun, bahkan diprediksi umur Yani tidak akan lama jika tidak ditangani dengan baik. Ironisnya, Kebun Binatang Bandung tidak memiliki dokter hewan sejak setahun terakhir. Praktis, tak ada penanganan serius untuk Yani.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil pun geram melihat kondisi itu. Ia mengaku kesal melihat Yani dalam kondisi yang begitu memprihatinkan.
"Makhluk meninggal itu mah sudah hukum alam. Cuma kalau tidak diurus, itu mah proses sakit dan kematiannya tidak diurus, itu yang bikin saya sedih dan kesal," kata Emil, sapaan akrabnya, di Balai Kota Bandung, Rabu (11/5/2016).
Kebun Binatang Bandung sendiri merupakan milik pribadi. Tapi lahannya merupakan milik Pemkot Bandung. Secara pengelolaan, lokasi itu dikelola oleh pribadi.
Harusnya, pengelola memperhatikan hewan-hewan yang ada di sana dengan baik. Apalagi kebun binatang itu dijadikan tempat publik dan menarik biaya masuk bagi pengunjung.
"Harusnya kalau sudah berbisnis, instrumennya harus disiapkan, ya dokternya, ya kliniknya, atau apanya. Kan itu bagian dari sebuah standar," tegasnya.
Sejak 2013 lalu, Emil sudah memanggil pengelola kebun binatang dan menawarkan solusi. Tapi hal itu berakhir sia-sia. Pengelola tetap mengelolanya secara mandiri dan tidak melibatkan pihak lain.
"Makanya dari awal saya sudah bilang, kalau tidak sanggup, sudah open saja ke investasi. Kalau tidak bisa nyarinya, pemkot ngebantuin. Dari awalnya juga saya sudah geregetan dan kesal," cetusnya.
Disinggung soal kemungkinan mengirim dokter hewan untuk menangani Yani, Emil menyatakan kesiapannya. "Mungkin besok atau lusa saya kirim dokter hewan ke sana. Sebetulnya di Bandung banyak (dokter hewan), mereka (pengelola) saja yang tidak niat," tegasnya.
Ia sendiri menawarkan solusi agar ke depan Kebun Binatang Bandung jadi lebih baik, termasuk pengelolaan dengan melibatkan investor. Bahkan ia ingin nantinya kebun binatang itu jadi kelas internasional.
"Jadi saya menawarkan jaringan itu, tinggal mau apa tidak," tandas Emil.
Humas Kebun Binatang Bandung Sudaryo mengakui jika dalam setahun ini pihaknya tidak memiliki dokter hewan. Mereka mengundurkan diri dan pihak pengelola tidak bisa mencegah.
Ia beralasan tidak mudah mencari dokter hewan pengganti untuk menangani kesehatan para satwa di lokasi. "Sangat sulit sampai hari ini (mencari dokter hewan). Bukan tidak berusaha mencari sebab bukan karena dokter hewan semata. Ini kan satwa liar, ada dokter khusus. Silahkan tanya ke Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia bahwa tidak gampang mencari dokter," tuturnya.
Soal penanganan untuk Yani, Sudaryo mengatakan pihaknya sudah berusaha semaksimal mungkin. Bahkan konsultasi dilakukan dengan beberapa pihak untuk mencegah agar sakitnya Yani tidak berkepanjangan. Yani sendiri belum diketahui sakit apa hingga kini.
(Khafid Mardiyansyah)