PYONGYANG – Negosiator di balik kesepakatan nuklir Korea Utara (Korut) dengan Amerika Serikat (AS) di Jenewa, Swiss pada 1994, Kang Sok-ju, wafat pada Jumat 20 Mei 2016. Pria berusia 76 tahun itu wafat akibat penyakit kanker yang dideritanya.
Sok-ju adalah tokoh penting di balik keberhasilan diplomasi untuk mencegah serangan militer Negeri Paman Sam ke fasilitas nuklir milik Korut. Pria yang kala itu menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri tersebut berhasil melewati serangkaian negosiasi alot dengan AS hingga menghasilkan Persetujuan Kerangka Kerja 1994.
Poin penting dari hasil negosiasi tersebut adalah Korut menangguhkan aktivitas mereka di tempat pengembangan nuklir Yongbyon. Sebagai timbal balik, konsorsium internasional membangun reaktor nuklir yang tidak boleh diubah untuk kepentingan militer.
“Rekan Kang Sok-ju memainkan peran aktif di garis terdepan untuk melakukan kebijaksanaan diplomatik jenius Marsekal dan bimbingan yang luar biasa dengan memimpin perang nuklir anti-AS pada awal 1990,” tulis agen berita Korut, KCNA, seperti dimuat Channel News Asia, Sabtu (21/5/2016). Marsekal yang dimaksud adalah pemimpin Korut kala itu, Kim Jong-il.
Kesepakatan 1994 tersebut sangat penting untuk memperlambat program senjata nuklir Korut selama satu dekade lamanya. Namun, proyek reaktor nuklir tersebut lama-kelamaan berhenti pada 2003 setelah AS, Jepang, dan Korea Selatan (Korsel) menghabiskan dana lebih dari US2 miliar (setara Rp27,2 triliun).
Delegasi AS, Robert Galluci mengatakan, Sok-ju sempat memperingatkan bahwa sanksi PBB kepada Korut akan diperhitungkan sebagai perang. Peringatan itu direspons oleh Presiden Bill Clinton dengan merancang serangan militer ke Yongbyon lewat serangan udara.
Di tengah ketegangan itulah, Korut lewat Sok-ju, mengajukan ide membekukan aktivitas di Yongbyon dengan timbal balik berupa dua pembangkit listrik tenaga air yang dijaga ketat. Sayangnya, proyek tersebut butuh waktu hingga beberapa tahun untuk diimplementasikan.
(Wikanto Arungbudoyo)