Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Menyibak Keterlibatan & Kiprah Kombatan Prancis di Nusantara

Randy Wirayudha , Jurnalis-Kamis, 02 Juni 2016 |22:22 WIB
Menyibak Keterlibatan & Kiprah Kombatan Prancis di Nusantara
Sejarawan Rushdy Hoesein di Gramedia Grand Indonesia. (Foto: Randy Wirayudha/Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Sejak masa kolonial, Prancis dikenal punya pasukan legiun asing yang ternama dan selalu jadi andalan sebagai "pengawal" tanah-tanah jajahannya. Tapi tahukah Anda bahwa sedianya legiun asing pertama bukan didirikan oleh Prancis?

Adalah Belanda dengan pasukan KNIL-nya (Koninklijke Nedelandsch Indisch Leger) atau Tentara Kerajaan Hindia-Belanda, yang merupakan pasukan legiun asing pertama di dunia.

Pasukan yang diterjunkan Belanda untuk menertibkan jajahannya di Nusantara (kini Indonesia) itu didirikan pada 1830. Sementara legiun asing Prancis baru lahir setahun setelahnya.

Sebagaimana sebutannya sebagai legiun asing, Belanda pada awalnya merekrut warga-warga asing sesama bangsa Eropa, seperti Swiss, Jerman, Belgia dan Prancis.

Ya, KNIL selain diisi orang-orang pribumi, juga diisi orang-orang kulit putih non-Belanda, seperti Prancis misalnya. Hal inilah yang coba dikisahkan penulis asal Prancis, Jean Rocher bersama Iwan Santosa dalam bukunya, 'KNIL: Perang Kolonial Nusantara dalam Catatan Prancis'.

Dalam buku ini, Rocher mengisahkan pengalaman para kombatan KNIL asal Prancis berdasarkan 10 memoar mereka.

"Saya terdorong menulis tentang KNIL karena tertarik banyak memoar pasukan Prancis yang masuk KNIL," ujar Rocher pada peluncuran buku, yang juga dihadiri sejarawan Rushdy Hoesein itu di Gramedia Grand Indonesia, Kamis (2/6/2016).

"Banyak perekrut Belanda yang eksplor ke Eropa sembari promosi KNIL. KNIL juga legiun asing pertama sebelum legiun asing Prancis yg baru berdiri 1831," imbuh mantan personel Marinir Prancis dan eks atase militer Kedutaan Besar Prancis di Indonesia itu.

Sementara sejarawan Rushdy Hoesein menyatakan, "Menarik bagaimana melihat KNIL terbentuk di periode awal, di mana organisasinya masih amburadul. Tapi kemudian diperbaiki hingga terlibat Perang Aceh, Perang Jawa, dan Perang Padri. Buku ini bisa jadi awal pengetahuan militer sebelum Perang Dunia I," timpalnya.

(Silviana Dharma)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement