"Sufi itu berasal dari kata shuf yang artinya bulu domba. Di situ mengandung makna kesederhaan baik dalam sikap, perilaku maupun perbuatan. Yang terpenting sufi itu bisa memberi manfaat kepada orang lain meski sangat sederhana," terang Syeikh Achmad Syakir, Pembina Komunitas Sufi Ar Rosuli, mengawali perbincangan dengan Okezone, Jumat (10/6/2016).
Menurut guru Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah itu, sufi saat ini terbelenggu pada istilah kesederhaan dan ritual peribadatan. Akibatnya, seorang sufi dinilai belum banyak memiliki berperan untuk membantu sesama. Sufi dianggap belum hadir saat masyarakat membutuhkan uluran tangan.
"Masyarakat itu yang dibutuhkan aksi riil. Hadir langsung di tengah-tengah warga itu adalah solusi terbaik. Tanpa sadar justru orang yang bukan sufi tapi sebenarnya telah melakukan tindakan sufistik. Mereka membantu sesama tanpa pandang bulu, beda agama bukan menjadi persoalan," tuturnya.
Untuk itu, sambung dia, komunitas tersebut salah satu kegiatannya bergerak di bidang sosial kemasyarakatan dengan memberikan penghargaan sufistik. Tak hanya umat muslim, penghargaan itu juga bisa diberikan kepada penganut agama lain yang dinilai telah melakukan kegiatan sufistik.
"Penghargaan ini kita berikan kepada semua anak bangsa atau lembaga yang entah disadari atau tidak telah melakukan kegiatan sufistik. Seperti beberapa waktu lalu, kami memberikan penghargaan kepada MI Keji, karena melakukan pendidikan inklusi secara swadaya. Awalnya tak ada bantuan apa pun pada sekolah itu tapi sekarang malah jadi rujukan sekolah lain yang menggelar pendidikan inklusi," jelasnya.